Jumat , 11 Oktober 2024
PEREMPUAN DESA. Di desa-desa atau di kampung-kampung masih sering ditemui perempuan-perempuan yang bahkan sudah berusia lanjut atau lansia, bekerja keras mencari kayu bakar, demi menopang kehidupan mereka. (ft. Erry Amanda)

Perkampungan atau Desa Menyimpan Ide-ide Penulisan

SERINGKALI banyak yang tidak menyadari kalau kawasan perkampungan tempat tinggal kita sesungguhnya menyimpan atau memiliki sejumlah ide-ide penulisan. Dan, kalau mampu mengolahnya, tidak sedikit di antaranya merupakan ide-ide penulisan yang menarik dan menggoda.

Ya, suatu kampung atau kawasan perkampungan jangan hanya dilihat sebagai kawasan tempat tinggal sejumlah penduduk dari beragam lapisan serta status sosial masyarakat saja. Karena bila jeli dan peka, sejumlah persoalan yang selalu dirasakan oleh penduduk atau warga di kampung itu dapat digali untuk dijadikan ide tulisan yang menarik.

 

Tumpukan Sampah

Misalnya saja soal sampah. Jangan dikira sampah yang selalu menumpuk di ujung kampung itu termasuk ‘sampah’ untuk ide penulisan.

Suatu hari, kita terpaksa harus menutup hidung rapat-rapat ketika lewt atau berjalan dekat tumpukan sampah di ujung jalan kampung. Kalau tidak kreatif, atau tidak jeli dan peka, kita akan buru-buru menghindar dari sengatan bau tumpukan sampah itu seraya mengumpat-umpat.

Tetapi bila kreatif, dan selalu ‘ingin tahu’, kita tentu tidak begitu saja ngeloyor pergi. Karena bau sampah yang menyengat itu justru menumbuhkan keinginan untuk mencari sisi-sisi menarik dari tumpukan sampah tersebut yang barangkali bisa dijadikan ide atau bahan penulisan.

Simak juga:  Seputar Kepenulisan Saya

Setidak-tidaknya mendapatkan ide untuk mengetahui, berapa truk atau berapa ton sampah yang dihasilkan penduduk di kampung tersebut dalam sehari. Ide-ide lainnya seputar sampah itu pun bisa bermunculan. Misal, berapa banyak pengeluaran penduduk kampung untuk sampah tersebut? Katakanlah, untuk pembuangan sampah itu setiap kepala keluarga ditarik dana Rp 10 ribu per-bulan. Kalau di kampung itu terdapat 100 KK (kepala keluarga), maka dalam setiap bulannya penduduk kampung itu mengeluarkan Rp 1 juta untuk sampah.

Lantas, kalau mau dikembangkan lagi, kalikan dengan jumlah kampung yang ada di kawasan atau daerah tempat tinggal kita.

Kita juga bisa melacak, ke mana sampah-sampah itu dibuang. Apakah dibuang ke TPS (tempat pembuangan sampah) atau di pinggiran desa yang sepi? Lantas menarik juga untuk diketahui, bagaimana derita yang bertempat tinggal di sekitar TPS. Akibat-akibat apa yang mereka alami, akibat pembuangan sampah itu? Seandainya sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar TPS itu menderita sesak napas atau di tempat tinggal mereka berkeliaran ribuan lalat, ini tentu ide tulisan yang menarik.

Simak juga:  Wartawan Harus Buat Berita Kasus Desa Wadas Akurat dan Berimbang

 

Kehidupan di Desa

Suasana atau warna- warni kehidupan di kawasan pedesaan juga sangat kaya dengan ide-ide penulisan. Terlalu banyak untuk dicarikan contohnya. Salah satu misalnya, perempuan-perempuan di desa yang punya kesibukan mencari kayu di kebun-kebun atau di kawasan pinggiran hutan.

Suka-duka perempuan pencari kayu, baik untuk keperluan memasak sendiri, atau dijual demi mendapatkan uang, tentu saja menarik untuk diketahui, dan ditulis. Apalagi banyak di antaranya yang sudah berusia lanjut atau lansia.

Andaikan mereka mencari kayu untuk dijual, tentu banyak pertanyaan yang muncul. Berapa harga seikat kayu di pasaran? Apakah seimbang dengan kerja keras dan jerih payah mereka mencari kayu di pinggiran hutan? Dan banyak lainnya lagi.

Nah, jalan-jalanlah ke desa, melihat sekaligus menyimak warna-warni kehidupan di desa yang menarik, dan penuh pesona. Yakinlah, di desa kita akan menemukan banyak sekali ide-ide penulisan yang menarik dan berkualitas. ***

 

Sutirman Eka Ardhana

Tulisan ini telah dimuat di ekaardhana.wordpress.com (27/10/2019)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *