Kamis , 14 November 2024
Beragam jenis tanaman bunga anggrek yang dimiliki "Murakabi" di RW 07, Kelurahan Tegalpanggung. (Ist)

“MURAKABI” Ingin Jadikan Tukangan Kampung Anggrek

ALANGKAH indahnya suatu kampung bila di kiri-kanan jalan-jalan atau gang-gang kampungnya dipenuhi tanaman dan bunga-bunga anggrek yang warna-warni. Terlebih lagi bila di halaman atau di teras rumah-rumah juga dipenuhi beraneka jenis bunga anggrek.

Kampung yang begitu pasti tak hanya menghadirkan keindahan, tapi juga memberikan kenyamanan, kedamaian dan kesejukan di mata, serta juga di dalam jiwa. Dan yang pasti, kampung yang dipenuhi warna-warni bunga anggrek itu akan penuh dengan pesona. Penuh dengan daya tarik.

Daya tarik itu dikarenakan bunga anggrek merupakan bunga yang bergengsi. Anggrek merupakan jenis bunga yang berkelas dan berkualitas. Karenanya keberadaan tanaman bunga anggrek akan selalu menarik perhatian banyak orang, terutama pecinta bunga dan keindahan.

Suasana kampung yang menghadirkan pesona keindahan seperti itulah yang didambakan oleh Sugiyanto, Ketua “Murakabi” yang juga Ketua RW 07 Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta.
“Murakabi” merupakan Kelompok Tani Anggrek yang ada di wilayah RW 07 Kelurahan Tegalpanggung yang didirikan September 2020 lalu.

 

Memasyarakatkan Anggrek
Awalnya, menurut Sugiyanto, Kelompok Tani Anggrek “Murakabi” memang hanya ingin mengembangkan tanaman bunga anggrek di wilayah RW 07 saja. Tidak hanya mengembangkan, tetapi juga berupaya untuk memasyarakatkannya kepada masyarakat di wilayah RW 07. Tetapi kemudian ia juga berharap ingin mengembangkan tanaman anggrek tersebut di seluruh wilayah Kampung Tukangan. Karena wilayah RW 07 itu berada di dalam Kampung Tukangan, Kelurahan Tegalpanggung.

“Ya, awalnya hanya ingin mengembangkan, dan memasyarakatkan tanaman anggrek di wilayah RW 07 saja. Upaya memasyarakatkan anggrek itu tentu dengan tujuan agar warga di wilayah RW 07 mau menyukai atau mencintai tanaman anggrek. Bila masyarakat atau warga sudah menyukai atau mencintainya, maka langkah berikutnya adalah mengajak untuk membudidayakannya,” kata Sugiyanto kepada penulis beberapa waktu lalu, saat bertemu di kantor Kelurahan Tegalpanggung.

Simak juga:  Erwin Nizar: Kosgoro 1957 Tetap Gelorakan Semangat Kebangsaan

Tapi kemudian, jelas Sugiyanto, gagasannya itu menjadi berkembang lagi. Ia kemudian tergerak untuk memperluas wilayah untuk memasyarakatkan tanaman anggrek itu di luar wilayah RW 07 yang dipimpinnya.

“Saya kemudian tergerak untuk memperluas wilayah pemasyarakatan anggrek itu tak hanya di RW 07 saja, tapi di seluruh wilayah Kampung Tukangan. Saya dan Murakabi tentunya, tak hanya ingin menjadikan wilayah RW 07 saja sebagai kawasan anggrek. Tapi juga ingin menjadikan Kampung Tukangan sebagai Kampung Anggrek. Tidak hanya sebagai Kampung Anggrek di Kelurahan Tegalpanggung, melainkan juga Kampung Anggrek untuk wilayah Kota Yogyakarta,” ujarnya.

 

Terapi Anggrek
Gagasan untuk mewujudkan Kampung Tukangan menjadi Kampung Anggrek, menurut Sugiyanto, memang bukanlah hal yang mudah. Untuk mewujudkannya diperlukan kerja keras, dan kesediaan untuk menjadi relawan dalam mengajak atau memberikan motivasi kepada masyarakat luas tentang perlunya menyukai dan mencintai tanaman anggrek.

“Langkah mewujudkannya memang tidak mudah. Apalagi kebanyakan masyarakat selama ini memandang bahwa bunga anggrek itu sebagai bunganya masyarakat menengah ke atas, atau masyarakat yang kantongnya tebal. Anggapan seperti itu muncul dikarenakan harga tanaman bunga anggrek termasuk tidaklah murah. Nah, untuk itu masyarakat harus diberi motivasi kesukaan terhadap tanaman anggrek bisa dikembangkan dengan langkah membudidayakannya. Dan, dari hasil budidaya itu nantinya, tanaman bunga anggrek tersebut bisa dijadikan komoditi bisnis yang menghasilkan uang, Dan, satu hal penting lainnya, menyukai atau memandang bunga anggrek dengan segala pesonanya bisa menjadi terapi untuk menentramkan jiwa dan menghilangkan stres. Jadi, bunga anggrek itu bisa dijadikan tetapi untuk menguatkan imun dan memperpanjang usia,” urai Sugiyanto.

Simak juga:  Corona Membuat Tukang Cukur Roma Gantung Guntingnya

Walau langkahnya tidaklah mudah, tapi Sugiyanto tetap berupaya untuk mewujudkan Kampung Anggrek tersebut. Dan, ia ingin memulainya lebih dulu dari wilayah RW 07. Jika tanaman anggrek benar-benar sudah memasyarakat di wilayah RW 07, maka hal yang sama bisa dilakukan di wilayah-wilayah RW lainnya di Kampung Tukangan.

“Setidaknya sebutan Kampung Anggrek untuk Kampung Tukangan bisa diwakili oleh RW 07. Sebagai Ketua Murakabi, saya tidak bekerja sendiri untuk mewujudkannya. Semua pengurus saling bahu-membahu, saling bekerjasama,” jelasnya.

Sugiyanto memang tidak bekerja sendiri. Ia dibantu pengurus-pengurus Murakabi lainnya, seperti Tresno Sembodo dan Insiwi Mangestuti sebagai penasehat, kemudian Ida Royani dan Vonisia, masing-masing sebagai sekretaris dan bendahara.

Upaya memasyarakatkan tanaman anggrek di wilayah RW 07, menurut Sugiyanto dilakukan dengan berbagai cara atau langkah. Di antaranya selain menggalakkan penanaman tanaman anggrek, juga mengundang atau mendatangkan penjual tanaman anggrek untuk menggelar dagangan tanaman bunga anggrek seminggu sekali atau dua minggu sekali. Kehadiran penjual tanaman bunga anggrek itu diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat, khususnya di wilayah RW 07, untuk membelinya.
Setelah membeli dan memilikinya, maka kecintaan terhadap tanaman anggrek akan terus tumbuh dan berkembang sampai kapan pun. * (Sutirman Eka Ardhana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *