Senin , 9 Desember 2024

Tentang PWS

Berawal dari sering berkumpulnya para mantan wartawan yang sudah tidak bekerja sebagai wartawan atau yang sudah pensiun di Jogja TV. Setelah tidak bekerja sebagai wartawan dan pensiun para mantan kuli tinta ini merasa kesepian. Oleh instansi dimana mereka pernah bekerja pun kurang ada perhatian. Mereka ada yang masih jernih cara berpikirnya dan masih mampu menulis. Sementara yang lain sudah bekerja di lembaga di luar persuratkabaran. Namun demikian ada kerinduan bagi mereka untuk bersama sama lagi dalam kenangan masa lalu.

Setelah menampung segala keresahan para wartawan yang beraneka ragam diantaranya yang sudah pensiun tidak terperhatikan oleh lembaga dimana ia pernah bergabung dan wartawan yang sudah tidak bergerak di bidang jurnalistik, Drs Oka Kusumayudha mengundang para wartawan sepuh itu ke Jogja TV dengan suguhan angkringan. Datang dalam catatan presensi 28 orang.

Hari itu adalah tanggal 15 Februari 2007 Hari Kamis Pon 27 Sura Tahun Jawa Ehe Windu Kuntara 1939. Dan inilah yang dijadikan hari lahir Paguyuban Wartawan Sepuh Yogyakarta. Dalam pertemuan pertama itu disepakati tentang nama paguyuban yang bukan senior tetapi sepuh lantaran berkonotasi Jawa sepuh berarti berbobot baik di dalam hidupnya maupun dalam pemikirannya. Juga disepakati akan menulis buku yang isinya tentang pengalaman para wartawan ketika masih meliput. Penanggung jawab masalah itu diserahkan kepada Sutirman Eka Ardhana dan Purwadmadi. Juga disepakati paguyuban ini bersifat terbuka dan sukarela. Dalam perkembangannya paguyuban ini membutuhkan pengurus. Karena bukan organisasi, tetapi bersifat pelayanan maka yang ditunjuk untuk melaksanakan berbagai hal untuk kelancaran paguyuban, sebagai Pangarsa Abdi Dalem Drs Oka Kusumayudha. Sedang untuk juru panitera (juru tulis) Drs sugeng Wiyono A, dan Kahartakan Ibu Ari Giyartal. Dan kemudian membentuk grup WhatsApp (WA) .

Selama hampir satu dasa warsa sejak berdirinya paguyuban ini tertatih tatih lantaran tidak mempunyai dana yang tetap. Sementara para anggotanya juga semakin berkurang karena meninggal dunia. Meski demikian paguyuban mencoba menggalang dana dengan cara bantingan atau sering disebut dengan dana sukalila, yang diberikan oleh anggota yang hadir seikhlasnya . Dana ini diperlukan untuk kegiatan sosial, seperti menengok sahabat yang sakit, atau untuk hal hal lain yang menurut perhitungan para anggota perlu. Pertemuan dirancang dua bula sekali dan berpindah pindah sesuai dengan siapa yang mau ketempatan.

Kini tercatat anggota yang ada di WA grup tercatat ada sekitar 65 orang sementara yang tidak menggunakan WA ada 5 orang.

Paguyuban ini untuk 2017 merancang untuk mengadakan diskusi kebangsaan karena melihat situasi negeri yang carut marut. Sebagai mantan wartawan paguyuban ini merasa terusik untuk bisa menyuguhkan peran meski kecil, tetapi diharapkan ada manfaatnya.

Untuk mewujudkan aksinya Paguyuban ini membentuk Perkumpulan yang berbadan hukum agar bisa leluasa beraksi dalam melayani masyarakat, baik di bidang edukasi, penerbitan  maupun dalam bidang sosial seperti penggalangan dana untuk korban gempa dan lain sebagainya. Lembaga itu diberi nama Perwara Wredhatama yang berarti Perkumpulan Wartawan yang sudah sepuh atau tua tetapi menyodorkan keutamaan keutamaan bermasyarakat.

Harapan dari terbangunnya relasi baik di dalam paguyuban sendiri maupun di luar akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Karena paguyuban ini dilandasai oleh rasa persaudaraan sejati yang muncul dari hati yang lepas dari berbagai kepentingan. Semoga harapan ini menjadi landasan yang kuat bagi tercapainya sebuah masyarakat yang peduli dan tulus di dalam menjalin persaudaraan sejati.

Sekian terima kasih.

*) logo by Sumbo Tinarbuko