Jumat , 11 Oktober 2024
Ilustrasi kerja bakti bersih lingkungan. (Foto: sidokerto.desa.id)

Kembali ke Gotong-royong

ADANYA wabah pandemi Covid-19 yang memporak porandakan kehidupan sosial di Indonesia ini seolah menyadarkan kita kembali kepada dasar kehidupan bangsa ini yakni Pancasila. Dan hal ini pernah disinggung ketika berpidato tentang Pancasila. Ir Soekarno dengan tegas mengedepankan prinsip  kesejahteraan sebagai tujuan akhir, artinya tidak akan ada kemiskinan di Indonesia. Kita menolak adanya negara dengan kaum kapitalnya merajalela, seperti zaman lampau. Kita ingin semua rakyat sejahtera, semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya. Dan DPR seharusnyalah berjuang mencapai kesejahteraan rakyat ini. Sebab kalau tidak demikian apa beda bangsa Barat dan Timur.

Di Eropa ada pula Badan Perwakilan. Tetapi di Eropa justru kaum kapitalis merajalela? Di Amerika juga ada badan perwakilan rakyat, dan kaum kapitalis pun merajalela? Tidakkah di seluruh benua Barat kaum kapitalis merajalela? Padahal ada badan perwakilan rakyat! Hal ini disebabkan oleh karena badan- badan perwakilan rakyat yang diadakan, sekedar menurut resep Revolusi Perancis. Demokrasi disini adalah demokrasi politik saja tidak ada demokrasi yang berkeadilan, dan demokrasi ekonomi.

Pemimpin Perancis, Jean Jaures, menggambarkan demokrasi politik yang di dalam Demokrasi Parlementer tiap-tiap orang mempunyai hak sama. Hak  politik yang sama, tiap orang boleh memilih, tiap-tiap orang boleh masuk di dalam parlemen. Tetapi adakah kesejahteraan di kalangan rakyat?”

Simak juga:  Mencari Syahrini di Malioboro

Demokrasi Indonesia adalah permusyawaratan yang memberi hidup, demokrasi yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial!  Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Bahkan dikaitkan pula dengan adanya Ratu  Adil? Yang dimakksud dengan paham Ratu Adil, ialah kesejahteraan sosial. Rakyat ingin sejahtera. Rakyat yang sengsara mencipta dunia baru yang di dalamnya ada keadilan di bawah pimpinan Ratu Adil. Maka oleh karena itu, jikalau kita memang betul-betul mengerti, mememahami dan mencintai rakyat Indonesia, maka keadilan sosial menjadi prinsip perjuangan bangsa. Bukan saja persamaan  politik, tetapi pun di atas lapangan  ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya.

MPR juga bukan sekedar ajang demokrasi politik saja, tetapi badan yang  bersama dengan  masyarakat ini harus dapat mewujudkan kesejahteraan politik dan kesejahteraan sosial.

Prinsip  Ketuhanan di dalam Panca Sila mengisyaratkan, bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya berTuhan  secara berkebudayaan. Disinilah, dalam pangkuan azas inilah, segenap agama yang ada di Indonesia sekarang ini, mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Dan Negara kita berTuhan pula! Sementara prinsip ketiga, permufakatan, perwakilan, merupakan tempat mempropagandakan ide dengan cara yang berkebudayaan!

‘Founding fathers; kita mendirikan negara Indonesia yang harus kita dukung.  Semua buat semua ! Indonesia buat Indonesia, maka hanya ada satu kata bagi perjuangan bangsa ini untuk ‘gotong-royong’, meminjam istilah Bung Karno.

Simak juga:  Facebook Hapus Video Bolsonaro Terkait Klaim Vaksin Palsu

Gotong Royong adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari ‘kekeluargaan’.  Kekeluargaan satu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan suatu usaha, suatu amal, suatu pekerjaan.

Oleh karena itulah ada baiknya seluruh wakil rakyat dan segenap elemen bangsa ini menyelesaikan kerja besar, pekerjaan, amal ini,  bersama-sama ! Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bahu-membahu. Amal, semua buat kepentingan semua,  keringat  semua buat kebahagiaan semua. Holobis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Inilah semangat Gotong Royong!

Prinsip Gotong Royong tak membedakan antara yang kaya dan yang tak empunya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia.

Jika bangsa Indonesia ingin agar Pancasila, menjadi satu kenyataan, yakni bila kita ingin hidup menjadi satu bangsa merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan berke-Tuhanan yang luas dan sempurna, jangan lupa akan syarat untuk memperjuangkannya. Jangan dikira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia perjuangan berakhir.

Justru cita-cita itu perlu terus diperjuangkan.  Sebagai bangsa yang bersatu padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Pancasila.

Marilah bergotong royong.

 

*)Penulis, mantan wartawan KR tinggal di Bangunjiwa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *