Minggu , 1 Oktober 2023
Beranda » Pariwisata » Kuliner » Mau Tongseng Ayam? Ya, ke Cepit, Bantul
Warung tongseng Sudimoro 3. (Ist)

Mau Tongseng Ayam? Ya, ke Cepit, Bantul

SUKA tongseng? Kalau ada yang bertanya begitu, saya tentu dengan cepat dan gembira menjawabnya, “suka banget.”
Bagi masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, tongseng merupakan jenis makanan atau kuliner yang banyak penggemarnya. Sejak dulu, tongseng merupakan jenis kuliner yang populer.
Awal mulanya, bila bicara tentang tongseng, maka yang ada di pikiran dan selera para penggemar tongseng adalah tongseng daging kambing, atau tongseng daging sapi.

Tapi itu dulu. Sekarang tongseng daging ayam tak kalah populernya. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, sepertinya popularitas tongseng ayam telah mengungguli tongseng kambing, apalagi tongseng sapi.
Kenapa bisa begitu? Ya, jawaban sederhananya mungkin karena tongseng ayam dipandang lebih aman dari resiko ancaman kolesterol dibanding tongseng daging lainnya. Apalagi bagi penggemar tongseng yang tensinya mulai bermasalah, atau gula darahnya tinggi, tentu akan merasa lebih aman menyantap tongseng ayam.
Jawaban lainnya, setidaknya buat saya, tongseng ayam terasa lebih gurih dan menggoda di lidah.

 

Banyak di Bantul
Penjual atau warung tongseng yang merupakan perpaduan kuah gulai, bumbu, kecap dan daging (kambing atau ayam) ini terdapat lumayan banyak di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.
Tapi kalau Anda penggemar tongseng ayam, atau sedang mencoba untuk merasakan kenikmatannya, jalan-jalanlah ke Bantul. Di wilayah Bantul terdapat banyak warung tongseng ayam yang kelezatannya tak diragukan lagi.

Simak juga:  Membaca Pohon-Pohon di Bulan Purnama

Salah satunya adalah warung tongseng “Sudimoro 3”, yang berlokasi di kawasan Cepit, Bantul. Di banyak penggemar tongseng ayam, warung tongseng ini lebih dikenal dengan sebutan warung tongseng ayam Cepit. Karena memang berlokasi di Cepit, tempatnya strategis di pinggir Jalan Bantul (sebelah Barat), sekitar beberapa puluh meter dari setopan pertigaan Cepit.

Terus terang, saya pelanggan setia di warung tongseng ini. Dalam hal memburu selera tongseng, sepertinya saya sudah ke banyak tempat. Tapi akhirnya terdampar di “Sudimoro 3” dan memilih setia di sini. Selera lidah saya terasa cocok di warung ini. Dan, tentunya di lidah banyak penggemar tongseng lainnya. Buktinya, warung “Sudimoro 3” ini tak pernah sepi pengunjung. Meja-meja warungnya nyaris tak pernah kosong. Para pengunjung seperti saling bergantian satu sama lain. Bahkan bila di dalam warung sudah tak ada meja yang kosong, pengunjung pun rela antri menunggu di luar warung.

 

Ramah dan Cepat
Kesan pertama yang didapatkan adalah sapaan ramah dan layanan yang cepat. Ya, ramah dan cepat, dua hal yang selalu dilakukan pemilik warung dan para pekerjanya, untuk membuat pelanggannya merasa senang dan puas.
Mbak Puji Murwanti, pemilik warung tongseng “Sudimoro 3” ini, sekalipun sedang sibuk mengolah masakan tongsengnya di kuali, tetap selalu ramah menyapa pengunjung yang datang. Ia senantiasa tersenyum ramah, meski sedang berpanas-panas di depan api pemasak.

Simak juga:  Ahad Legi, Jangan Lupa Pasar Sor Jati

Demikian pula para pekerjanya, dengan cepat segera menyapa ramah, dan bertanya tentang pesanan kepada pengunjung.
Nah, jika para pengunjung sudah menyampaikan atau mengutarakan keinginannya, maka Mbak Puji dan pekerja-pekerjanya menyegerakan penyiapan pesanan itu.

“Sesibuk apa pun, penyiapan pesanan itu tetap harus disegerakan. Tentu sesuai urutannya. Pengunjung tak boleh lama menunggu. Karena kalau lama menunggu, nanti mereka kecewa. Nah, itu yang saya tidak mau. Pengunjung tak boleh kecewa, karena kelamaan menunggu. Jadi, layanan harus tetap cepat,” ujar Mbak Puji Murwanti tentang salah satu kiatnya dalam menjaga kepuasan pengunjung warungnya.
Kiat ‘ramah dan cepat’ itu memang mengena atau pas di hati para pengunjung. Buktinya, pengunjung yang sudah berkunjung ke warung tongseng “Sudimoro 3”, selalu akan datang lagi. Dan akan menjadi pelanggan setianya.
Oh iya, bila Anda penggemar teh nasgitel (panas, Legi dan kentel) gula batu, di sini juga ada. Asyik kan. Setelah selesai menyantap tongseng ayam, lalu minum teh nasgitel, atau teh dekokan di cangkir. Kenyang dan segar.
Ayo, kapan kita nongseng di sana? * (Sutirman Eka Ardhana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *