“Dari mana kau tahu hal seperti itu?” “Dari berita di surat kabar. Setelah peristiwa itu, esok harinya ada surat kabar yang memberitakan bahwa suamiku itu dinyatakan sebagai gali. Dia ditembak karena berusaha melarikan diri, saat akan ditangkap. …
Selengkapnya »Arsip Menandai: Pelacur
Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (54)
Hah! Dadaku seperti terbakar. Seperti ada bara api yang menyala di dalamnya. Seperti ada yang meledak-ledak. Ledakan-ledakan itu ingin kutumpahkan kepadanya. Kepada lelaki berbadan tegap itu. Lelaki yang sedang tersenyum-senyum di kursi tamu. Lelaki pembunuh suamiku! Warni …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (53)
Aku sudah menduga apa yang akan dilakukannya lagi. Tetapi, gemuruh dan getaran di dadaku tidak lagi seperti tadi. Aku sudah bisa mengendalikan diri. Kulihat wajahnya mendekat. Sangat dekat. Kupejamkan mata. Kurasakan ada yang menempel di bibir. Mas …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (52)
Aku hanya tersenyum. Aku tidak tahu pasti, luar biasa seperti apa yang dimaksudkannya. Kupikir, apa yang baru saja kulakukan bersamanya sesuatu yang biasa-biasa saja. Sesuatu yang tidak berlebihan. Sesuatu yang tidak luar biasa. Memang kuakui, apa yang …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (51)
Entah mengapa dadaku bergetar ketika Mas Bram duduk di tempat tidur, di sebelahku. Lebih-lebih lagi ketika ia tersenyum. Senyuman yang lembut. Senyuman yang sejuk. Senyuman yang lama hilang. Menghadapi tamu seperti Mas Bram, tamu yang wajah dan …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (50)
Mas Pras keluar diiringi tatapan mata Aniek, Lisa dan Erna yang masih duduk santai di ruang tamu. Lalu kuantar sampai ke teras. Aku bermaksud mengantarnya sampai ke pintu masuk komplek, tapi Mas Pras mencegahnya. Ketika Mas Pras …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (49)
Aku lelah. Teramat lelah. Keringat membasah di tubuhku. Aku bagaikan habis berlari kencang di padang berbukit dan berliku-liku. Badan Mas Pras juga kulihat bermandikan keringat. Aku yakin, ia pun pasti merasakan hal yang sama. Merasa lelah. Sebelumnya …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (48)
Kini, sepuluh tahun lebih kemudian, ciuman itu kurasakan lagi. Tapi berbeda dengan waktu itu. Kali ini, aku tidak lagi malu-malu. Tidak lagi tersipu-sipu. Jika dulu aku hanya diam, hanya menunggu, hanya menerima, kini aku justru membalasnya. Membalasnya …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (47)
Novel karya Sutirman Eka Ardhana Sejak menjadi penghuni di komplek resos ini, berbaring berdua dengan lelaki di dalam kamar merupakan hal yang rutin dan biasa. Bahkan, dalam sehari, aku bisa berbaring dengan empat sampai lima lelaki, atau …
Selengkapnya »Maaf, Aku Terpaksa Jadi Pelacur (46)
Novel karya Sutirman Eka Ardhana Mas Pras terdiam sesaat. Yang terdengar hanya elahan napasnya. Tatapannya diarahkan ke langit-langit kamar. Pikirannya seperti sedang menerawang sesuatu yang jauh. “Ketika dulu kudengar kau menikah, aku lantas berpikir kesempatanku untuk dapat …
Selengkapnya »