Empu Gamelan, seorang pembuat gamelan ternama Yogyakarta, Ki Trimanto Triwiguna (alm) malah menyebut, gamelan itu berasal dari kata gembel (seperti gada, bindhi, senjata pemukul-penggebug). Cara membunyikan gamelan ditabuh dengan pemukul mirip gembel, digembel-gembel, yang dalam perkembangannya berubah …
Selengkapnya »PURWADMADI
Gamelan, Kerja Besar Kebudayaan Libatkan Banyak Bidang Keahlian
GAMELAN, gangsa, rapatan dari suku kata ga dan sa, tembaga dan rejasa, gabungan unsur logam ga (Cu – tembaga) dan logam sa (Sn, rejasa, timah putih) yang dilebur, ditambah unsur kecil logam seng (Zn) dan timah hitam …
Selengkapnya »Memilih Cakil
Ki Atmadipurwa Malam telah larut. Siaran wayang kulit di radio sudah perang kembang. Perangnya Abimanyu melawan Cakil. Paling enak itu dadi Cakil, perannya selalu muncul, sekali tampil, mati berkali-bali selalu hidup lagi di lain lakon. Apapun …
Selengkapnya »Diskusi Kebangsaan XXI: Mencari Pahlawan
SELIRIA EPILOGUS APAKAH pahlawan harus dicari? Bukankah pahlawan tersedia dalam setiap peristiwa kehidupan? Adakah mereka berniat jadi pah-lawan? Tak ada pahlawan yang disebabkan oleh mempahlawankan diri, atau dipahlawan-pahlawankan. Pahlawan itu otentik sekaligus orisinal. Dan, jangan lupa pula, …
Selengkapnya »WAYANG, INSPIRASI TANPA BATAS: Memburu Sarangnya Wayang
SEPERTI perintah mencari dan menemukan ketiadaan dalam pasemon Jawa, golekana susuhing angin (carilah sarangnya angin), seperti juga golekana galihing kangkung (carilah inti batang kangkung), golekana tapake kuntul anglayang (carilah tapak burung terbang), terasa sesuatu yang muskil, namun …
Selengkapnya »Ngayogjazz, Konten Jiwa Global Ramuan Kuasa Nilai-nilai Lokal
Ketika Kika Sprangers Quintet dari Belanda, atau saat Yuri Mahatma Quartet sedang mencoba mikropon untuk pentas malam, pagi itu sejumlah warga Gilangharjo tampak mulai menempatkan diri pada ketugasannya. Malah tanpa rikuh ada yang naik pohon, memangkas ranting …
Selengkapnya »Diskusi Kebangsaan XX: Nom
SELIRIA EPILOGUS GUGUR dalam usia belasan tahun, tapi dia sudah cukup dewasa untuk menjadi suami dan bapak. Cukup dewasa untuk menjadi prajurit. Sudah sangat matang buat bertempur. Ya, mungkin saja dia belum cukup bijak dalam berpikir, arif …
Selengkapnya »Diskusi Kebangsaan XIX: Pemimpin Pemimpi
SELIRIA EPILOGUS IGAU-IGAU itu mungkin bual-bual. Igauan milik petidur yang dirasuki mimpi. Bualan milik mata jaga yang tertelan mimpi tanpa tidur. Omong kosong belaka. Untuk suatu yang penting, menyangkut nasib hidup orang banyak, bual-bual atau tipu-tipu itu …
Selengkapnya »Diskusi Kebangsaan XVIII: Mufakat
SELIRIA EPILOGUS MENCIPTAKAN musyawarah yang menghasilkan mufakat, tentu tidak gampang. Yang tidak gampang, sering menjadi jalan terpilih untuk ditempuh. Menempuh jalan sulit, menyusur jalan sunyi, tipikal pilihan penyuka tantangan. Karakter satria pinandhita. Musyawarah bukan percakapan kamar tertutup, …
Selengkapnya »WAYANG “PREMAN”: Tawuran, Bauran, Tawaran Kreasi
“Wayang konvensi”, arus besar dunia wayang, sangat berbeda dengan wayang kreasi yang berkembang dan menyebar ke seluruh belahan bumi. Wayang konvensi, wayang yang secara filosofis konseptual, satuan-satuan estetika dominan yang sering disebut sebagai pakem-paugeran, sampai dengan praktik …
Selengkapnya »