“Sambirejo tidak hanya ada Tebing Breksi, melainkan merupakan area situs bersejarah, dan sastra, saya kira bisa merespon sejarah masa lalu yang ada diwilayah desa,” kata Wahyu Nugroho.
Sebagai ruang publik, demikian Wahyu Nugroho menyampaikan, area Tebing Breksi perlu diisi banyak kegiatan, agar orang yang datang tidak hanya foto2 disekitar bebatuan, melainkan juga mengenali produk kebudayaan lainnya.
“Puisi, merupakan karya kreatif yang perlu ditampilkan dalam pertunjukkan sastra di Tebing Breksi,” ujar Wahyu Nugroho.
Selain dari Yogya dan Jakarta, penyair dari Semarang, Madiun, Sragen, Ngawi, Magelang, Banjarnegara, akan tampil membacakan puisi. Mereka adalah, Adri Darmaji Woko (Jakarta), Heru Mugiarso (Semarang), Sus. S. Hardjono (Sragen), Fileski, Tulus Setiyadi, Nugroho Budi Wibowo, Dian Widyawati, Titus Tri Wibowo, Anas Yusuf (Madiun), Sang Bayang (Ngawi), Yupi (Magelang), Dhama Dove (Banjarnegara), Sonia Prabowo, Ninuk Retno Raras, Afnan Malay, Heru Marwata, Cicit Kaswami, Ami Simatupang, Esti Susilarti, Sukma Putra Permana, Kabul Parminto, Khocil Birowo (Yogyakarta), dan nama-nama lain yang secara spontan akan ikut membaca puisi.
Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama menyampaikan, bahwa di bulan purnama, di ruang terbuka, puisi akan bertabur di tengah alam bersama keindahan alam dan cakrawala. Puisi seolah seperti bersentuhan dengan langit.
“Sastra Bulan Purnama merspon ajakan Kepala Desa Sambirejo, yang memiliki wilayah Tebing Breksi atas usulan Sonia Prabowo dan Esti Susilarti untuk bersinergi dengan desa Sambirejo,” ujar Ons Untoro.
Selain Tebing Breksi, Desa Sambirejo terdapat Arca Ganesha, Candi Dawangsari, Candi Barong, Situs Rsi Agastya, Situs Pungkruk (Tinjon), Candi Ijo, Candi Sumur Bandung dan sejumlah candi lainnya.
“Sambirejo memiliki potensi wisata, dan pemerintah setempat, dalam hal ini pemerintah desa memberikan fasilitas publik seperti tempat parkir, cafe, dan warung2 lainnya, ini artinya Kepala Desa Sambirejo menyadari adanya potensi wisata tersebut,” ujar Ons Untoro
Panggung terbuka yang akan digunakan untuk pertunjukkan sastra, berada tidak jauh dari Tebing Breksi, lokasi untuk masuk melewati Tebing Breksi. Panggung ini dibuat, karena pertunjukkan kesenian tidak diperbolehkan di atas Tebing Breksi.
Maka, mengenakan pakaian nusantara dalam penampilannnya di Tebing Breksi, demikian Ons Untoro menyampaikan, akan menghidupkan suasana pertunjukkan.
Untuk berangkat disediakan bus dengan kapasitas 30 orang, dan sudah penuh pendaftar. Berangkat dari Museum Sandi, Kotabaru, kumpul pukul 14.00 untuk menghindari jalan macet. Karena Yogya dalam suasana weekend. (*)