Semut itu berteriak-teriak minta bantuan teman-temannya. Tapi teman-temannya tak berdaya. Mereka tak tahu harus berbuat apa untuk menolong. Untuk terjun ke kolam, jelas tak berani. Karena hal itu mereka pandang sama saja dengan bunuh diri.
Kasihan semut malang yang mulai kedinginan itu. Tangannya menggapai-gapai minta tolong. Bahkan tubuhnya mulai timbul tenggelam. Andai tak ada yang menolong, dalam waktu tak lama lagi semut itu pun pasti sudah kehabisan napas.
Seekor burung merpati yang bertengger di ranting pohon dekat kolam menyaksikan peristiwa itu dengan seksama.
“Kasihan juga semut itu. Dia pasti akan mati bila tak segera ditolong,” ujar merpati dalam hati.
Merpati lalu tergerak hatinya untuk menolong.
“Tapi, bagaimana caranya aku menolong?” lagi merpati bertanya dalam hati.
Merpati berpikir sesaat. Mendadak sebuah gagasan muncul.
“Mudah-mudahan ini berhasil,” katanya.
Merpati bersejingkat mendekati sehelai daun yang sudah menguning. Tangkai daun itu dipatuk-patuknya.
Dalam waktu singkat, daun itu sudah terlepas dari tangkai dahan. Sebelum daun itu jatuh ditangkapnya dulu dengan paruhnya. Lalu pelan-pelan daun itu dijatuhkannya ke kolam, persis dekat semut yang masih menggapai-gapai minta tolong.
Begitu daun jatuh di kolam, semut malang itu pun langsung menggapainya. Tak terlalu sulit. Kini semut itu sudah bisa bernapas lega. Dengan menggigil kedinginan, semut merebahkan tubuhnya di atas daun.
Teman-temannya yang di pinggir kolam bersorak kegirangan ketika menyaksikan semut malang berhasil naik ke atas daun yang mengapung. Merpati yang di dahan pohon juga tak mampu menahan rasa gembiranya.
Angin perlahan-lahan membawa daun itu merapat ke tepi kolam. Setelah merapat, semut malang dengan napas terengah-engah segera mendarat ke tepi kolam. Teman-temannya pun ikut membantu. Ada yang mengelap-elap tubuhnya. Ada yang memijit-mijit. Mereka berkumpul menjadi satu mengelilingi semut malang.
“Kalau kita berkumpul seperti ini akan memunculkan hawa hangat. Hawa hangat itu akan mengusir dingin yang diderita teman kita ini,” ujar salah seekor semut.
“Untung ada merpati yang baik itu. Kalau tak ditolong oleh merpati, entah bagaimana nasibku,” kata semut malang terbata-bata.
“Merpati terima kasih ya, engkau telah menyelamatkan jiwa sahabatku,” seru salah seekor semut sambil memandang ke arah merpati.
Mendengar itu, merpati hanya tersenyum.
“Ah, aku hanya melakukan apa yang memang pantas untuk dilakukan. Menurutku, memberi pertolongan kepada yang memerlukan pertolongan memang sepantasnya dilakukan,” ujar merpati.
Di luar dugaan, seorang pemburu burung yang datang dengan mengendap-endap sudah betada di dekat pohon tepi kolam. Pemburu itu sedang mengarahkan anak panahnya ke burung merpati.
Untung salah seekor semut cepat melihatnya. Menyadari ada bahaya sedang mengintai merpati di dahan pohon, semut itu memberitahu teman-temannya untuk segera bertindak. Dan tanpa membuang waktu, mereka pun beraksi.
Semut-semut itu menyerang kaki pemburu. Beberapa di antaranya dengan cepat sudah menyerang di bagian paha.
Dan, ketika si pemburu akan menarik busur panahnya, semut-semut itu pun serentak menggigit. Gigitan itu ada di tumit, dan ada di paha. Si pemburu terkejut dan mengaduh kesakitan. Sementara anak panahnya terlepas tanpa arah dan kendali.
Merpati pun selamat. Ia memang sempat terkejut, karena tak menyadari ada bahaya. Begitu sadar, ia cepat terbang ke pohon lain. Sedang si pemburu sibuk mencari binatang apa yang menggigitnya. Tapi semut-semut kecil itu sudah terlebih dulu menyelamatkan diri.
Karena usahanya tak berhasil, si pemburu sambil menggerutu meninggalkan tempat itu. Setelah si pemburu pergi, merpati pun turun menemui semut-semut.
“Terima kasih, kalian sudah menyelamatkan jiwaku,” ujar merpati.
“Bukankah kita hidup harus saling tolong menolong,” kata salah seekor semut.
Sejak saat itu semut dan merpati saling bersahabat. * (SUTIRMAN EKA ARDHANA)
* Cernak ini sebelumnya dimuat di majalah anak-anak Putera Kita No. 309, 20 Mei – 5 Juni 1995, dengan menggunakan nama penulis Agustin Eka Purwanti.