Senin , 9 Desember 2024
Ch. Sri Purwanti dan Margareth Widhy Pratiwi. (Ist)

Kisah-kisah Perempuan di Bulan Purnama

Kumpulan cerpen berjudul ‘Paradoksal’ karya 18 penulis perempuan akan diluncurkan di Sastra Bulan Purnama edisi 156, dengan mengambil tajuk ‘Kisah-Kisah Perempuan di Bulan Purnama. Peluncuran akan diisi pembacaan penggalan cerpen karya masing-masing penulis dan akan dibacakan oleh beberapa pembaca cerpen, ada juga dibacakan penulisnya sendiri.

Acara akan dilakukan, Sabtu, 28 September 2024, pkl. 15.30 mengabil tempat di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. (Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta, atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu).

Para penulis cerpen dan pembacanya saling bertemu di Sastra Bulan Purnama, cerpen karya Ana Ratri dibacakan Gea Mytha, Ika Zardi akan membacakan cerpen karyanya sendiri, Joshua Igho, seorang penyair dan pemain keybord membacakan cerpen Nunung Rieta, Julia Von Knebel membacakan cerpen Maria Widy Aryani, Linda Sulistiawati membacakan karyanya sendiri.

Cerpen yang lain, karya Ami Simatupang dibacakan Menik Sithik, cerpen Ninuk Retno Raras dibacakan Nana Loesiana Boediman, Cerpen Novi Indrastuti dibacakan Pascallia WD. Regina Gandhes Mutiarti membacakan cerpen karya Chacha Baninu, Rinawidaya membacakan cerpen Yanti S. Sastraprayitno, Sashmytha Wulandari membacakan cerpen Umi Kulsum.

Simak juga:  Kethoprak, Upaya Memahami Jawa

Pembaca yang lain, Siti Dwi Sugiharti, seorang guru SD membacakan cerpen karya Ch, Sri Purwanti, Siti Nikandaru membacakan cerpen karya Margareth Widhy Pratiwi, Trisha Nareswari membacakan cerpen karya Savitri Damayanti, Yaksa Agus, seorang perupa membacakan cerpen karya Sonia Prabowo, Yuli Purwati membacakan cerpen karya Yuliani Kumudaswari dan Yustina Sri Warsiki membacakan cerpen karya Ngatinah.

Karena masing2 cerpen cukup panjang, setidaknya satu cerpen bisa lebih dari 5 halaman, maka masing2 cerpen akan dipilih bagian paling menarik sehingga tidak membutuhkan waktu panjang,

Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama menyebutkan, belakangan ini, Sastra Bulan Purnama memberi ruang lebih banyak pada cerpen, karena mulai tumbuh penulis cerpen, sehingga setiap kali ada tawaran menulis cerpen bersama komunitas, ada banyak yang tertarik ikut mengirimkan karya cerpennya.

“Komunitas perempuan perlu sering bersama-sama menulis karya sastra, baik cerpen maupun puisi, dengan begitu kreativitasnya tidak berhenti. Karena media cetak sudah terbatas, bahkan banyak yang sudah tidak lagi terbit,” ujar Ons Untoro.

Simak juga:  Puisi Bening dan Wangi di Sastra Bulan Purnama

Para peerempuan penulis cerpen dalam buku ini, sudah beberapakali ikut menulis cerpen dalam kumpulan cerpen yang berbeda-beda, dan ada yang sudah sejak lama, setidaknya tahun 1980-an sudah menulis cerpen. Selain itu, di antara mereka ada yang menulis puisi. Pendek kata, para perempuan penulis ini sudah terbiasa menulis karya sastra. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *