Rabu , 11 Desember 2024
Illustrasi. (Ist)

Hukuman Buat Pemburu (Cernak: 2)

Kera jantan sebagai penggagas pertemuan para warga penghuni hutan itu tampak diam sejenak. Sejatinya ia sedang menunggu pendapat yang lain. Ia berharap agar semua yang hadir di pertemuan, berbicara, mengemukakan pendapat atau gagasan untuk menghadapi para pemburu.

Setelah menunggu beberapa saat tidak ada juga yang bersuara, kera jantan pun kemudian bertepuk tangan lima kali. Tepuk tangan itu dimaksudkannya agar para peserta pertemuan memfokuskan perhatian kepada dirinya. Karena ada hal penting ingin dikemukakannya.

“Saudara-saudaraku semua. Baiklah, semua gagasan, usulan dan pendapat sudah kita dengar bersama. Pada prinsipnya, sebagian besar di antara kita sepakat untuk melawan dan mengusir para pemburu liar itu dari dalam hutan. Tapi sebelum kesepakatan ini kita tetapkan, saya masih ingin mendengar bagaimana pendapat saudara harimau dan saudara gajah, yang sedari tadi belum mengemukakan pendapatnya,” ujar kera jantan sambil mengarahkan pandangannya ke harimau dan gajah.

“Setuju. Setuju. Ayo, harimau dan gajah, pendapatnya ditunggu,” timpal kancil cepat.

“Betul. Betul sekali. Ayo, harimau dan gajah, mari kita satukan langkah menghadapi pemburu-pemburu itu,” rusa ikut menimpali.

Simak juga:  Detektif Kecil (Cernak: 1)

“Ya, kalau harimau dan gajah ikut bersatu kita pasti semakin kuat. Kita pasti bisa mengusir para pemburu,” burung enggang juga ikut bersuara.
Suara-suara yang lain juga bermunculan, meminta harimau dan gajah segera menyatakan pendapatnya.

“Nah, saudara harimau, bagaimana pendapatmu mengenai persoalan ini?” tanya kera jantan kemudian.
Harimau yang sejak awal pertemuan hanya tengkurap saja, agak terkejut dengan lontaran pertanyaan dari kera jantan.

“He…he….bagaimana, ya? Tapi mereka belum pernah mengganggu keluargaku. Tampaknya mereka takut kepadaku. Jadi aku masih belum punya pendapat apa-apa. Aku sedang berpikir, apa yang harusnya aku lakukan,” jawab harimau terbata-bata.

Kera jantan terdiam sesaat mendengar jawaban harimau. Namun kemudian di benaknya terlintas sebuah ide yang diharapkannya bisa menggugah atau merubah sikap harimau.

“Siapa bilang, mereka tidak mengganggu keluarga saudara harimau. Beberapa hari lalu, saya melihat dengan jelas, ada pemburu yang mengenakan pakaian dari kulit harimau. Nah, dari mana mereka memperolehnya, kalau tidak membunuh keluarga saudara harimau,” kata kera jantan.

Simak juga:  Mercusuar Ketawang dan Baron

Harimau terkejut mendengar kata-kata kera jantan. Dan, ia pun bergegas bangkit dari tengkurapnya.

“Apa itu benar?!” tanyanya emosi.

“Ya, kalau tidak percaya, tunggu saja mereka datang lagi nanti,” ujar kera jantan berusaha meyakinkan sambil tersenyum.

“Dasar pemburu tak beradab!” teriak harimau seraya menggmeretakkan gigi-giginya yang tajam.

Emosi harimau terpancing. Amarahnya meluap akibat kata-kata dari kera jantan itu.

“Kalau begitu, biar aku berada paling depan untuk memberi pelajaran kepada pemburu-pemburu tak tahu diri itu!” kata harimau lagi dengan nada geram.

Mendengar pernyataan harimau, para peserta pertemuan pun menyambut dengan penuh kegembiraan. Suara kegembiraan para peserta pertemuan itu menggemuruh. Hanya gajah yang masih belum bereaksi apa-apa.

“Ayo, harimau. Nanti kita bersama-sama berada di barisan paling depan ketika menghadapi para pemburu itu. Jangan khawatir, meski tubuhku kecil, aku tetap berani menghadapi para pemburu,” perwakilan lebah yang sejak awal pertemuan terkesan hanya diam ikut bersuara lantang. (SUTIRMAN EKA ARDHANA/BERSAMBUNG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *