Jumat , 11 Oktober 2024
Ilustrasi. (Ist)

Awang Garang dan Bajak Laut (Cernak: 4)

Awang lalu mengambil tali yang memang sudah disiapkannya. Ditambah tali-tali yang ada di dalam perahu. Bajak-bajak laut yang sudah tak berdaya itu diikatnya satu persatu. Bahkan banyak pula diantaranya diikat erat-erat menjadi satu. Sedang pemimpin bajak laut tak hanya tangannya yang diikat, tapi juga kedua kakinya.
Setelah semua bajak laut diikat, Awang lalu menuju ke tempat terompet perahu. Terompet itu ditiupnya. Ditiupnya lima kali. Suara terompet itu menggema nyaring, seakan membelah angkasa.

Mendengar bunyi terompet sebanyak lima kali, keduapuluh prajurit kerajaan segera keluar dari persembunyiannya. Mereka semua bergegas berlari menuju ke tepi pantai.

Untunglah Awang Garang pernah belajar mengemudikan perahu. Layar-layar perahu dikembangkannya, dan perahu dikemudikannya agak mendekat ke pantai.

Perahu itu tidak terlalu merapat, sebab bisa kandas di pasir pantai. Dari atas perahu, Awang berteriak menyuruh prajurit-prajurit kerajaan segera berenang ke arah perahu.

“Ayo cepat, berenang kemari. Naiklah segera ke perahu. Bajak-bajak laut ini sudah saya lumpuhkan semua.
Prajurit-prajurit itu pun berlompatan ke laut. Mereka bagaikan berpacu, berenang mendekat ke perahu bajak laut yang kini sudah dikuasai Awang. Setelah sampai, dan naik ke perahu, mereka semua terkejut menyaksikan pemandangan yang sangat luar biasa. Mereka terheran-heran menyaksikan tubuh-tubuh bajak laut yang terikat tak berdaya.

“Itu pemimpinnya. Juga sudah kuikat kuat-kuat. Dia sekarang sudah tidak berdaya apa-apa,” kata.Awang Garang sambil menunjuk ke arah pemimpin bajak laut yang masih belum sadar dari pingsannya.
Para prajurit kerajaan terkagum-kagum kepada Awang Garang. Mereka benar-benar yakin Awang memiliki kekuatan yang hebat dan dahsyat.

Simak juga:  Awang Garang dan Bajak Laut (Cernak: 1)

“Sekarang, tugas kalian semua untuk menjaganya. Jangan sampai ada di antara mereka yang ikatannya lepas. Terlebih-lebih pemimpinnya itu,” seru Awang Garang lagi.

“Baik. Kami akan menjaganya!” para prajurit itu bagai serentak berkata begitu.

“Dan, siapa di antara kalian yang bisa mengemudikan perahu bajak laut ini?” tanya Awang Garang.
Dua orang di antara prajurit-prajurit itu mengangkat tangannya.

“Nah, kalau begitu, sekarang kemudikanlah perahu ini bergantian. Kita akan berlayar kembali pulang ke Kerajaan untuk menyerahkan bajak-bajak laut ini kepada Baginda Sultan,” perintah Awang.

Para prajurit itu semuanya hormat kepada Awang Garang. Mereka merasa Awang memang pantas menjadi pemimpin. Oleh karenanya perintah Awang Garang cepat-cepat mereka laksanakan. Dua orang bergegas menuju ke tempat kemudi. Lainnya sibuk menyiapkan layar, dan beberapa orang memeriksa tali-tali ikatan di tubuh para bajak laut.

“Beberapa orang tolong bersihkan semua peralatan makan dan masak di dapur. Cuci bersih piring-piring dan gelas-gelas bekas para bajak laut itu. Lalu siapkan masakan untuk makan kita. Di dapur kebutuhan bahan makanan tersedia banyak,” ujar Awang Garang.

Perahu besar bajak laut itu berlàyar menuju ke pusat Kerajaan Riau-Lingga. Bendera bajak laut di perahu sudah dicopot, diganti bendera kebesaran Kerajaan. Kebetulan keduapuluh prajurit yang mendampingi Awang Garang memang dibekali bendera Kerajaan.

Simak juga:  Diskusi Kebangsaan XIV: Perempuan Pelestari Pancasila

Pemimpin bajak laut dan puluhan anak buahnya begitu sadar dari pingsannya tak lagi bisa berbuat apa-apa. Tubuh-tubuh mereka sudah terikat kuat. Mereka hanya bisa berteriak-teriak. Tapi apalah artinya teriakan-teriakan itu.

Teriakan-teriakan mereka akhirnya berhenti. Karena prajurit-prajurit kerajaan itu mengancam akan menindak keras mereka yang berteriak. Pemimpin bajak laut dan anak-anak buahnya itu pun akhirnya sadar jika mereka telah masuk dalam jebakan dan perangkap Awang Garang.

Setibanya di pusat Kerajaan, Awang Garang dan keduapuluh prajurit yang mendampinginya disambut meriah. Awang dielu-elukan rakyat karena dianggap berhasil menumpas kawanan bajak laut yang terkenal kekejamannya itu.

Sultan sendiri yang menyambut kedatangan Awang Garang di dermaga.

“Terima kasih. Terima kasih, Awang. Engkau benar-benar anak muda yang hebat, gagah dan perkasa. Akhirnya bajak-bajak laut yang ditakuti itu berhasil kau tumpas,” puji Sultan sambil menyalami tangan Awang Garang.
Kerajaan membuat pesta khusus untuk merayakan keberhasilan Awang Garang yang didampingi duapuluh prajurit menumpas bajak laut.

Disamping itu, Sultan menganugrahi Awang Garang jabatan terhormat yakni sebagai salah seorang Panglima Muda Kerajaan. Sejak itu nama Panglima Muda Awang Garang menjadi terkenal dan ditakuti bajak-bajak laut lainnya. * (SUTIRMAN EKA ARDHANA/SELESAI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *