Awang Garang resmi diterima menjadi tukang masak di perahu bajak laut. Dan, ia pun langsung sibuk bekerja menyiapkan masakan untuk makan siang.
“Buatkan masakan yang lezat hari ini. Sudah beberapa hari ini aku tak makan masakan yang enak dan lezat,” ujar pemimpin bajak laut itu kepada Awang.
“Baik Tuanku Pemimpin. Hari ini saya akan siapkan hidangan yang lezat, dan Tuanku Pemimpin pasti suka,” kata Awang Garang.
Awang memang memasak masakan yang lezat dan istimewa. Tapi semua masakan itu sudah dicampurnya dengan cairan berbisa. Kemudian dibuatnya minuman kopi yang banyak. Cairan berbisa itu pun dicampurkannya ke minuman kopi. Selesailah sudah. Hanya tinggal menghidangkannya.
Sebelum waktu makan siang tiba, Awang Garang menemui pemimpin bajak laut.
“Tuanku Pemimpin, hari ini adalah hari istimewa buat saya. Karena saya diterima bekerja di perahu bajak laut yang perkasa dan terkenal. Saya ingin merayakan hari yang istimewa ini, dengan meminta agar di hari pertama ini Tuanku Pemimpin menikmati masakan saya secara bersama-sama dengan seluruh anak buah atau awak perahu. Anggap saja seperti pesta bersama,” pinta Awang Garang kepada pemimpin bajak laut.
Pemimpin bajak laut yang tak pernah mau tersenyum itu mengabulkan permintaan Awang. Entah mengapa pemimpin bajak laut yang terkenal kekejamannya itu, tampak menurut saja. Permintaan Awang dikabulkannya.
Baiklah, akan kuumumkan kepada seluruh anak buahku atau semua awak perahu, untuk makan siang bersama-sama denganku,” katanya.
Sekitar lima menit kemudian, suara pemimpin bajak laut itu menggema dan menggelegar, memerintahkan semua anak buahnya berkumpul untuk makan siang bersama.
Makan siang di perahu bajak laut itu benar-benar seperti pesta bersama. Awang dibantu beberapa bajak laut menyiapkan meja-meja dan kursi-kursi. Lalu, masakan di dalam mangkok atau piring-piring besar ditata rapi di atas meja.
Pemimpin bajak laut yang mengawali makan siang.
“Mari kita makan siang bersama. Sekaligus merayakan kedatangan tukang masak kita yang baru. Masakan-masakan ini pasti lezat. Coba, aroma bau masakannya saja sudah selezat ini. Mari kita makan. Mari,” seru pemimpin bajak laut.
Pemimpin bajak laut dan anak buahnya makan dengan nikmatnya. Mereka berulangkali memuji kepintaran Awang Garang memasak. Hidangan makan siang itu habis semuanya. Demikian pula minuman kopinya, habis tak bersisa.
“Lezat, lezat, sungguh lezat. Kau betul-betul pandai memasak Awang,” puji pemimpin bajak laut.
Awang hanya tersenyum dan mengangguk-angguk menerima pujian itu.
Para bajak laut benar-benar puas dengan makan siangnya. Tapi setengah jam kemudian, mereka mulai terkulai satu persatu. Ternyata reaksi cairan berbisa yang dibawa Awang itu cukup cepat. Pertama-tama pemimpin bajak laut yang terkulai. Ia pingsan di kursinya. Menyusul satu demi satu anak buahnya berjatuhan.
Mereka sempat panik ketika melihat teman-temannya ada yang berjatuhan di geladak. Tetapi itu hanya berlangsung beberapa menit. Karena setelah itu mereka semuanya seperti serentak berjatuhan di lantai perahu. Tubuh mereka yang pingsan itu berserakan di seluruh bagian perahu. Jumlah terbanyak di geladak. Lalu di buritan.
“Nah, sekarang tamatlah riwayat kalian semua,” kata Awang Garang nyaring sambil bergegas mengumpulkan senjata-senjata para bajak laut. Tidak ada satu pun yang tersisa. Keris pusaka andalannya pemimpin bajak laut langsung diambilnya. (SUTIRMAN EKA ARDHANA/BERSAMBUNG)