Sabtu , 14 September 2024
Saya (kanan) dengan piala di tangan saat dinyatakan sebagai Duta Lansia Istimewa DIY 2023. (Ist)

Apa Menariknya Jadi Duta Lansia Istimewa?

APA menariknya jadi Duta Lansia Istimewa? Lho, kok muncul pertanyaan yang begini? Ya, karena di tahun 2023 lalu, saya dinyatakan sebagai Duta Lansia Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta, meski di urutan ketiga, maka pertanyaan seperti itu muncul.

Tahun 2023 lalu saya memang ikut (tepatnya diikutkan) pemilihan Duta Lansia Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Awalnya, saya ditunjuk oleh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) Kemantren Danurejan, Listyaningsih, untuk mewakili Kemantren Danurejan. Untuk tingkat Kemantren Danurejan, saya disertakan sebagai peserta dari Bina Keluarga Lansia Wreda Kusuma Kelurahan Tegalpanggung.

Sesungguhnya saya tidak tahu persis, apa alasan PLKB Danurejan memilih saya untuk diikutkan dalam pemilihan Duta Lansia Istimewa itu. Saya hanya menebak-nebak sendiri. Apakah karena saya dipercaya sebagai Ketua Komisi Lansia Kemantren Danurejan? Sungguh, saya merasa tak punya prestasi apa-apa atau yang bisa dibanggakan dalam kaitan persoalan lanjut usia.

Apa mungkin, karena saya pernah menggalakkan gerakan lansia menulis di Kelurahan Tegalpanggung, Danurejan? Apa karena pernah melaksanakan kegiatan pelatihan menulis untuk lansia? Tapi saya pikir itu hal-hal yang biasa saja. Tak ada istimewanya.


Maju ke Tingkat DIY

Singkat cerita, saya dinyatakan lolos seleksi awal sebagai kandidat Duta Lansia Istimewa untuk maju ke pemilihan tingat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Untuk pemilihan tingkat DIY itu saya diharuskan membuat video tentang aktivitas, pendapat atau gagasan-gagasan yang berkaitan dengan mewujudkan lansia tangguh. Selain mengirimkan video, juga ada proses wawancara secara daring atau online. Wawancara secara daring itu dilalukan oleh dua pewawancara dari Center for Life-Span Development (CLSD) Fakultas Psikologi UGM.

Pada awalnya keharusan membuat video tentang aktivitas diri dan gagasan itu saya pikir sebagai sesuatu yang sederhana, dan tak perlu mengeluarkan biaya. Saya pikir hal itu bisa dilakukan sendiri. Cukup dengan peralatan HP android saja. Saya bicara di dalam ruangan rumah sendiri atau di luar rumah, difoto dan direkam melalui kamera HP. Dan, itu saya lakukan sendiri, dengan peralatan apa adanya.

Ya, saya pikir bisa sesederhana itu proses pembuatan video. Ternyata tidak. Durasi video hanya dua menit. Tidak boleh lebih. Berulangkali hasilnya gagal. Jelek. Suara atau vokal saya tidak terekam sempurna. Bahkan ada yang tak terdengar. Berulangkali pula sering kelebihan waktu durasinya.

Simak juga:  Kisah Menyanyi, Mulanya Malu-malu

Aduh, betapa rumitnya membuat video sendiri. Apalagi itu dilakukan oleh seseorang yang sudah menyandang sebutan lanjut usia atau lansia. Seseorang yang gerakannya sudah tidak lagi secekatan masa-masa sebelumnya. Masa-masa sebelum disebut lansia. Saya menyerah. Saya sadar, kalau saya memang bukan ahlinya dalam soal pembuatan video.

Kemudian saya teringat seorang teman dekat, kebetulan ia terbilang ahli perihal pembuatan video. Punya peralatan yang lumayan lengkap, seperti kamera dan lainnya. Teman saya itu bernama Sarwanto, yang kebetulan memang berprovesi sebagai seorang youtuber.

Saya hanya minta dibuatkan video yang sederhana saja. Tidak usah yang macam-macam dan berlebihan. Tidak
perlu terkesan hebat. Biasa saja.

“Cukup saya duduk di kursi. Lalu, saya ngomong tentang pendapat dan gagasan untuk mewujudkan lansia tangguh. Begitu saja. Waktunya cuma dua menit,” kata saya kepada Sarwanto.

Sarwanto menyetujui keinginan saya. Proses pembuatan video langsung dilakukannya. Waktunya relatif singkat. Meskipun tetap ada proses editing akibat kelebihan durasi waktunya.

Begitulah. Video pun jadi. Setelah itu saya kirim ke panitia pemilihan.

Alhamdulillah, nasib baik ternyata sedang berpihak kepada saya. Dengan segala keterbatasan, baik saat membuat video maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara, saya berhasil meraih posisi di urutan ketiga Duta Lansia Istimewa DIY 2023 untuk kategori kakung (pria).

Juri Pemilihan 2024
Walau hanya berada di urutan ketiga untuk kategori kakung, pada pemilihan Duta Lansia Istimewa DIY 2024, saya dipilih oleh panitia penyelenggara untuk menjadi salah seorang juri. Khususnya juri untuk penilaian video.

Saya tidak tahu persis alasannya, kenapa saya yang hanya berada di urutan ketiga Duta Lansia Istimewa DIY 2023, dipilih menjadi juri. Kenapa bukan yang berada di urutan pertama atau urutan kedua? Terlepas dari apa pun alasannya, saya bangga dan tersanjung telah dipilih sebagai juri.

Bersama juri lainnya, saya pun melakukan proses penjurian dengan menonton video-video dari para kandidat pemilihan yang berasal dari Gunungkidul, Kulonprogo, Sleman dan Kota Yogyakarta. Proses penjurian itu berlangsung di salah satu ruang Fakultas Psikologi UGM.

Terlepas dari kualitas dan ketepatan gagasan yang disampaikan dengan tema yang diinginkan panitia, saya melihat para kandidat sudah berusaha membuat tayangan video yang sungguh-sungguh. Dalam pengertian bukan video yang asal-asalan, ala kadarnya atau video sederhana.

Simak juga:  Pemberdayaan Lanjut Usia Melalui Keahlian Mendongeng

Video-video itu jelas terlihat dibuat oleh tenaga yang profesional atau tenaga yang menguasai teknologi video. Proses pembuatannya bisa melibatkan tenaga yang lebih dari satu orang. Bisa dua orang, tiga orang atau bahkan lebih. Tak cukup hanya kameramen. Tapi juga sangat mungkin ada pembuat skrip naskah, perancang atau pengatur perannya, dan lainnya.

Melihat video-video itu yang kemudian muncul di pikiran saya, adalah pertanyaan tentang berapa besarnya biaya atau anggaran yang telah dikeluarkan para kandidat pemilihan untuk pembuatan video tersebut.

Saya yakin, biaya yang telah dikeluarkan untuk pembuatan video itu tidaklah murah. Apalagi gratis, rasanya tidak mungkin.

Katakanlah, mungkin biaya pembuatannya bisa ditekan menjadi sedikit murah atau ringan. Bila seperti itu yang terjadi, hakikatnya tetap ada pengeluaran uang atau biaya. Saya lalu membayangkan, andaikata kandidat pemilihan itu adalah seorang lansia yang berpenghasilan rendah dan pas-pasan, atau lansia pensiunan yang uang pensiunnya kecil, betapa repotnya mereka. Betapa beratnya mereka untuk mempersiapkan video tersebut.

Melihat semua itu, rasanya tak berlebihan jika kemudian di pikiran saya muncul pertanyaan yang membuat dahi berkerut. Apakah semua biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan video maupun proses menjadi kandidat pemilihan, akan bisa tertutupi bila sang kandidat berhasil keluar sebagai juara atau pemenang? Apakah mereka akan gembira, karena menerima hadiah yang bisa menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan?

Jika mengacu kepada pengalaman saya pada pemilihan Duta Lansia Istimewa DIY tahun 2023 lalu, sepertinya itu tidak mungkin terjadi.

Kenapa saya bisa bilang begitu? Ya, karena di tahun lalu itu, saya hanya menerima sertifikat sebagai Duta Lansia Istimewa dan piala. Ditambah hadiah pemanis lainnya.

Tapi siapa tahu, hadiah untuk Duta Lansia Istimewa DIY tahun 2024 ini berbeda. Tak hanya sertifikat, piala dan hadiah pemanis lainnya. Tapi juga ada hadiah yang bisa membuat para pemenang gembira, karena biaya pengeluaran mereka dapat tertutupi. Mudah-mudahan begitu.

Saya berharap para pemenang atau mereka yang terpilih sebagai Duta Lansia Istimewa DIY 2024 itu gembira. Dan, saya juga berharap, di hati para pemenangnya itu tidak muncul pertanyaan atau pandangan, “Apa sih menariknya jadi Duta Lansia Istimewa?” * (SUTIRMAN EKA ARDHANA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *