REMPANG TANAH LELUHUR TERKUBUR
air ketuban dan darah kelahiran tumpah di tanah ini
leluhur telah wariskan semua milik turun menurun tak terhitung
ladang rimbun belukar perdu juga alang alang bahkan onak tetumbuhan berduri
ini jadi milik adat di saban harinya disiangi agar tetumbuhan milik kami berbuah jadi pangan bagi anak anak tak kelaparan
tanah Rempang adalah nadi hidup sejak leluhur meninggali kami setelah mereka berlibur di setiap jengkal bumi ini
anak-anak damai menikmati hidup tanpa pernah serakah menguasai lahan bermain
layang layang dan angin berbagi kesempatan terbang
juga bunga ilalang bebas dan capung bercorak warna
tapi mengapa demi investasi yang tidak kami mengerti untuk siapa hasilnya, hidup dan masa depan kami digiring masuk jeruji
tapi mengapa hanya demi pabrik rumah sekolah kami diobrak abrik
di mana keadilan bisa kami hirup, kalau penguasa mengatasnamakan lapar dan syahwat ketamakan terus melumat hak hidup di tanah leluhur ini
tanah Rempang adalah bumi leluhur kami
kemana kelak harus bercerita bukit bukit hijau dan pepohonan
bunga bunga buah juga satwa Rempang
ketika congkaknya pabrik pasak beton dan cerobong busuk mencekam mencengkeram hari hari penuh kepanikan
10/9/2023
JELAGA SIFAT
mematut diri di muka cermin
kuingin raut wajah cerah terpantul menorehkan bangga diri
elok berpendar aura memancar dari titik simpul urat urat berenergi
mematut di muka cermin, melihat kesombongan timbul memudarkan warna gincu pemanis kemunafikan
watak asli terpampang
terpajang seperti telanjang tak peduli
mematut diri di muka cermin, menakar seberapa suci isi hati
ambisi
bahkan harga diri sendiri di kejujuran
mematut diri di muka cermin, selalu ingin hadirkan kemolekan
namun sering kali yang muncul
buruk
sombong
culas
palsu
bohong
semua itu lantas dipulas
tebalkan bedak, menorkan gincu, pekatkan alis serta taburi maskara wajah berbinar
hingga muncul topeng asing
itulah jelaga sifat buruk senyatanya
Kasihan Bantul
17/9/2023
RAHASIA HIDUP
bagi: gege hang
pernah kau cerita seperti dongeng
tentang Jakarta, katamu ingin kaya punya banyak harta ya di Jakarta
tapi hatimu rapuh, jiwamu kosong dan tujuan hidupmu kacau
Jakarta bukan surga tapi panggung tonil metropolis yang jika lengah membuat terperosok dalam hedonis yang parah
belum lagi setiap sudutnya penuh maksiat
jangan bicara soal Jakarta kalau umurmu ingin panjang dan dipanggil opa
hingga kau tinggalkan hiruk pikuk setia menarik kabel lampu, menata artistik juga peran peran figuran kecil hingga tokoh utama dalam layar tonil lebar
kau bilang, aku pulang kandang bukan karena kalah,
menata diri dan mematut hidup agar lebih punya makna dan bermimpi menimang cucu di usia renta
aku pulang bukan jadi pecundang,
tapi tugas hidupku tak pernah akan selesai jika pengembaraan liar di hutan belukar metropolitan terus kukejar
aku butuh menghidupi jiwa jiwa utuh
hingga saatnya ku memilih tanah wangi yang dijanjikan profesiku menjadi rumah abadiku.
Panembahan Jogja
8/9/2023
PUISI-PUISI TAK PANJANG
1)
kau yakin soal rasa lidah tak akan bohong.
kalau menyangkut janji, lidah selalu lincah berusaha untuk mengurai ingkar.
(2019)
2)
jika mulut punya kuasa besar
hati hatilah, pasti kepalamu yang akan ditelannya dulu.
(2019)
3)
seberapa besar kepatuhan yang kau tumpuk menggunung
akan lenyap dengan satu perintah
musnahkan
(2020)
4)
permainan ini begitu berbahaya, teror yang dibungkus wabah
hingga menghancurkan nalar sehat bagi mereka yang takut terancam sakit
meski sembunyi akhirnya mati
bukan sebab Covid, tapi ngeri sendiri membayangkan teror dalam otak sendiri.
(2021)
Biodata:
Teguh Priyono, menulis banyak hal, di antaranya puisi puisi, cerpen, esai, karya-karya jurnalistik dan lainnya. Ia juga sering menggunakan nama pena Tepriyono. Kini ia masih sibuk sebagai jurnalis di Harian Merapi Yogyakarta. Satu hal lagi, lelaki kelahiran 18 April ini juga menulis naskah lakon berbahasa Jawa yang disiarkan si Radio Kotaperak, Yogyakarta