Di tengah dinginnya udara malam, dia melajukan motor nya dengan pasti ke salah satu pasar di kawasan Pantura. Tepatnya, di Pasar Baru Juwana, Pati, Jawa Tengah.
Rutinitas itu selalu dia jalani setiap hari dengan semangat, tanpa rasa mengeluh sedikit pun. Karena ia sadar, banyak orang yang bergantung dengan usaha yang ia jalani ini, untuk meraih mimpi-mimpi mereka.
Walaupun boleh dibilang, usaha ini dijalankan oleh keluarga atau kerabatnya sendiri. Tapi kalau bicara pekerjaan, dia selalu bersikap profesional. Tidak peduli itu saudara atau adik sendiri, harus disiplin, gerak cepat, supaya dapat hasil yang maksimal.
Sosok itu adalah Jumrohtum, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jeje. Perempuan kelahiran 27 Agustus ini enggan menyebut tahun kelahirannya. Alasannya sederhana, biar selalu awet muda, katanya. Dan, satu hal lagi, perempuan ini pembawaannya cuek dalam hal berpakaian kalau sedang bekerja. Kandang pakaiannya ada yang bolong di sana-sini. Prinsipnya, yang penting tetap wangi.
Pekerjaan Menyenangkan
Mungkin bagi sebagian orang, pekerjaan yang ia jalani itu terlihat sesuatu yang berat. Karena harus bangun tengah malam, terus bergegas ke pasar untuk jualan ikan. Jam kerjanya sampai pukul 07.00 pagi, bahkan bisa lebih tergantung ikan yang dijual cepat habis atau tidak. Bercampur dengan bau amis ikan, yang bagi sebagian perempuan lainnya bisa membuat sedikit mual. Tak sedikit perempuan lainnya yang membeli ikan, membeli sambil menutup hidung, karena aroma beragam ikan yang menyengat.
Kalau pembeli sedang ramai, ia pun berdiri dalam waktu lama. Tak sempat istirahat, walaupun hanya sekadar untuk menyeruput minuman the, atau menikmati sepotong ketela goreng.
Tapi bagi Jeje, hal itu justru sebaliknya. Baginya, pekerjaan yang ia jalani itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Karena baginya, usaha yang dirintis oleh orang tuanya tersebut bisa membantu banyak orang. Dan, bisa memberikan kehidupan yang cukup bagi dirinya sendiri serta keluarganya. Selain bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari, ia juga bisa menabung, bisa beli sepeda motor, memberi bantuan kepada orang-orang di sekelilingnya, dan lain-lainnya lagi.
Melawan Rasa Malas
Motto kerja yang selalu ia tanamkan adalah “Semangat dan terus semangat, selagi masih bisa berkarya dan menghasilkan. Lawan rasa malas, demi masa depan yang lebih baik”.
“Nuruti rasa malas, roso-roso, capek, tidak bakal bisa maju, kalau tidak kita sendiri yang bikin hidup kita senang, tercukupi segala kebutuhan, siapa lagi. Masak mau minta orangtua terus, masak mau minta orang lain?” selorohnya ketika ditanya, kenapa mau bekerja sebagai pedagang ikan, sudah capek dan selalu bergumul dengan bau amis ikan.
Sikap selalu bekerja keras, pantang menyerah, tidak gengsi untuk bekerja sebagai pedagang atau penjual ikan, ternyata sudah tertanam sejak Jeje hanya sekadar membantu sang ibu, Bu Sumini, berjualan. Dan, semuanya semakin menjadi lebih, ketika beberapa waktu lalu sang ibu kembali ke pangkuan Allah. Semangat Jeje untuk membuktikan kalau dirinya mampu membesarkan usahanya itu semakin nyata. Dirinya semakin giat bekerja, berjualan dan kulakan ikan, dengan dibantu saudara-saudaranya.
Akhirnya dari hari ke hari usaha bisnis ikannya semakin ramai, semakin berkembang. Semakin banyak pesanan-pesanan ikan yang datang, baik dari dalam kota maupun luar kota.
Belajar dari pengalaman Jeje, didikan dari kecil yang keras, misalnya kalau minta sesuatu tidak selalu ada, sangatlah berarti. Hal itu telah menanamkan dalam diri Jeje, bila ingin sesuatu harus bekerja dulu. Harus bersusah-susah dulu, sebelum akhirnya menikmati hasil dari kesuksesan. * (Rara Sawitri)
* Rara Sawitri, sempat bergiat di media, sekarang tinggal di Juwana, Jawa Tengah