Setyo Budi Prabowo, Kepala Museum Sandi menyebutkan, bahwa museum sandi terbuka terhadap kegiatan sastra, karena sesungguhnya, demikian kata Setyo, museum Sandi bisa dimasukan di area pengembangan literasi.
“Sastra dan koleksi museum saling bisa mengisi dan menginpirasi” kata Setyo Budi Prabowo.
Para penulis cerpen ini datang dari kota yang berbeda, Anto Narasoma (Palembang), Dewi Anggraeni (Australia), Kurnia Effendi, Lies Wijayanti, Dyah Arini SW (Jakarta), Yonas Suharyono (Cilacap), penulis lain tinggal di Yogyakarta: Aris Basuki, Agus Suprihono, Bey Saptama, Dhanu Priya Prabawa, Meuzt Prast, Ninuk Retno Raras, Ons Untoro, Krishna Miharja daam Margareth Widhy Pratiwi. Sastra Bulan Purnama edisi 140 ini bertajuk: “Cerita tentang Kawan di Bulan Purnama’.
Cerpen dalam buku ini, sebelum diterbitkan ditayang di website tonggakpustaka.com, setiap hari selasa, dan di bulan Mei diterbitkan untuk diluncurkan di Sastra Bulan Purnama. Penerbitan ini kerjasama dengan PT. Luas Birus Utama.
Menurut Indro Suprobo, editor buku cerpen ini, Cerita tentang Kawan, sebagai kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh kawan-kawan, dan yang bercerita tentang kawan-kawan, adalah cakrawala luas yang memberi kemungkinan untuk memasuki beragam pintu pengalaman. Semuanya adalah cara berbagi yang memungkinkan setiap orang untuk saling menumbuhkan dan memperluas diri.
“Namun ada hal utama yang barangkali tak boleh terlupa. Cerita adalah perluasan dan artikulasi dari diri manusia sendiri. Cerita-cerita yang dibangun oleh manusia, sebenar-benarnya adalah artikulasi manusia tentang siapa dirinya. Meskipun menghadapi pengalaman-pengalaman yang barangkali sama, cerita-cerita yang dibangun oleh setiap manusia tentangnya, selalu memiliki kemungkinan untuk berbeda dan tak pernah persis sama. Itulah tanda-tanda dari keunikan manusia”, ujar Indro Suprobo
Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama mengatakan, selama ini puisi dan cerpen secara bergantian mengisi Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan setiap bulan. Karena biasanya, penyair sekaligus cerpenis, atau setidaknya selang seling antara menulis puisi dan cerpen.
“Meskipun selama ini, Sastra Bulan Purnama lebih sering menampilkan pembacaan puisi ketimbang pembacaan cerpen”, ujar Ons Untoro.
Beberapa cerpenis akan membacakan puisi karyanya, atau membacakan cerpen karya orang lain, seperti Bey Saptama, penulis novel sastra Jawa dan pemain ketoprak, akan membacakan cerpen berjudul ‘Dinda Kekasih Masa Laluku’ karya Agus Suprihono. Meuz Prast, seorang perupa, akan membacakan penggalan cerpen karyanya sendiri berjudul ‘Mimpi Djene di Serapeum”. Ninuk Retno Raras, yang sejak tahun 1980-an sudah sering menulis cerpen, akan membacakan penggalan cerpen karyanya sendiri yang berjudul ‘Ziarah’. Margareth Widhy Pratiwi, seorang penulis novel berbaahasa Jawa, akan membacakan pethikan cerpen karyanya yang berjudul ‘Antara Aku, Ibu dan Anak Perempuanku’.
Eko Winardi, seorang aktor teater, akan mengolah cerpen berjudul ‘Senyuman Butet’ menjadi satu pertunjukkan. Eko, sebagai aktor telah melakukan banyak pentas bersama teater Perdikan, maupun pentas monolog.
Selain pembacaan cerpen akan ada selingan lagu puisi dari Yupi, seorang pelantun lagu puisi, dan akan menggubah puisi Dedet Setiadi, penyair dari Magelang menjadi lagu.
Joshua Igho, penyair dari Magelang, akan memaikan piano sepanjang pertunjukkan untuk memberi nuansa musikal dalam pembacaan cerpen. (*)