Senin , 9 Desember 2024
Bangunan Pemandian Air Panas Krakal beberapa tahun setelah dibangun tahun 1905. (Java Post)

Pemandian Krakal Kebumen, Sejarahnya Dulu

KEBUMEN merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki cukup banyak objek wisata atau tempat wisata alam. Baik itu tempat wisata yang berupa pantai di sisi selatan wilayahnya, goa, waduk serta juga pemandian air hangat, dan sebagainya.
Tempat wisata alam di Kebumen yang berada di sepanjang Pantai Selatan, antara lain seperti Pantai Rowo, Pantai Ambal, Pantai Suwuk, Pantai Menganti, Pantai Ayah, Pantai Petanahan, Pantai Bocor, Pantai Logending dan Pantai Karangbolong.

Sedangkan tempat wisata alam atau objek wisata alam di Kebumen yang berupa goa antara lain Goa Jatijajar dan Goa Petruk. Kemudian tempat wisata alam di Kebumen yang lain adalah Waduk Sempor, Waduk Wadaslintang, dan juga Pemandian Air Panas (Hangat) Krakal.
Sebuah tempat atau objek wisata alam di Indonesia selalu dikaitkan dengan asal mula, mitos dan sejarah terjadinya tempat wisata tersebut. Demikian juga dengan objek wisata Pemandian Air Panas Krakal.

Kyai Agung Sabdo Guno
Secara pasti legenda nama Desa Krakal memang belum ada. Tapi saya pernah mencoba menelusuri Legenda Krakal dengan cara bertanya kepada para sesepuh, dan kepada keturunan dari Lurah pertama Krakal, yaitu Karyadrana. Saya mencoba mengkonfirmasikan berbagai cerita dan mitos yang berkembang di Krakal.
Sekali lagi, sejarah hari ini mungkin bisa dianggap benar, setidaknya untuk menjadi referensi. Tetapi sejarah tetap tidak menutup kemungkinan untuk direvisi jika di kemudian hari terdapat fakta-fakta baru. Termasuk sejarah dan asal mula Pemandian Air Panas (Hangat) Krakal.

Asal mula Pemandian Krakal, konon beratus tahun lalu ada salah satu kerabat Keraton Surakarta yang bernama Kyai Agung Sabdo Guno menderita penyakit kulit yang berkepanjangan dan susah untuk diobati. Hingga akhirnya ia bermimpi melihat ada sumur kecil di suatu tempat yang berada di tengah hutan jati. Dan air sumur itu bisa menyembuhkan penyakit kulitnya.
Berdasarkan mimpi tersebut, maka berangkatlah Kyai Agung Sabdo Guno ke tempat yang dimaksud seperti dalam mimpinya.
Setelah melakukan perjalanan dan penyusuran ke tempat yang sesuai mimpi, ternyata tempat itu adalah sebuah hutan jati kecil yang di sekelilingnya terdapat banyak batuan, dan kerikil yang agak besar (disebut Krakal) bekas gunung berapi. Dan, memang benar di tengahnya ada sumur kecil yang airnya panas serta berasa asin.
Setelah rutin mandi di sumur itu, dan Kyai Agung Sabdo Guno pun membuat pertapaan untuk tinggal cukup lama, ternyata penyakit kulitnya berangsur-angsur bisa sembuh.

Simak juga:  Krakal Kebumen, Kota Wiesbaden di Indonesia

Kemudian, setelah sembuh dari penyakit kulitnya, ia memberikan nama pada tempat itu. Untuk memudahkan mengingat, tempat itu dinamainya Krakal. Nama itu diambil dari kata krakal yang berarti kerikil yang agak besar.
Dan, nama Krakal itu kemudian dipakai sebagai nama desa dari mulai terbentuknya Kelurahan Krakal dengan Lurah pertamanya, Karyadrana. Sampai sekarang nama itu menjadi nama dari Desa Krakal.
Sementara keberadaan atau lokasi Pemandian Air Panas Krakal berada di Dukuh Kalisinan. Entah kebetulan atau tidak, sampai sekarang sumur-sumur yang letaknya searah dan berada di sekitar Pemandian Air Panas Krakal memang airnya agak asin, terutama ketika musim kemarau.

Hingga akhir hayatnya Kyai Agung Sabdo Guno meninggal dan dimakamkan di sebuah bukit pada sebelah selatan pemandian yaitu di Gunung Sanggar. Makam Kyai Agung Sabdo Guno sampai sekarang masih ada di dekat Pemandian Krakal Kebumen. Sejak itulah sumur Pemandian Air Panas Krakal dikunjungi banyak orang dan diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit.
Karena melekatnya unsur Kejawen dan magis di masyarakat, bahkan pada bulan-bulan tertentu seperti Ruwah dan Suro, banyak pengunjung Pemandian Air Panas Krakal dari Solo yang datang untuk berziarah ke makam keramat Kyai Agung Sabdo Guno.

Simak juga:  Ahad Legi, Jangan Lupa Pasar Sor Jati

Dibangun Belanda 1905
Dalam perkembangannya, pada tahun 1905 Pemerintah Kolonial Belanda membangun Pemandian Air Panas Krakal sebagai tempat Pengobatan Penyakit Kulit (bukan sebagai objek wisata).
Pada zaman itu di sekitar Pemandian Air Panas Krakal sudah tinggal masyarakat Tionghoa yang menjadi pedagang atau tengkulak hasil bumi, khususnya Gambir dari petani setempat. Adanya makam orang Tionghoa yang tidak jauh dari Pemandian Krakal, dan ditandai pula dengan sebidang tanah di tikungan sebelum tempat pemandian yang oleh masyarakat setempat disebut Tenggang (dari kata Tionghoa). Konon di situ berdiri rumah taoke atau juragan kaya, dan meninggal di dalam rumahnya karena terbakar.

Bukti yang lain adalah sebidang tanah yang masih ada sisa-sisa bangunan rumah Tionghoa, yang lokasinya tepat sebelah timur Pemandian Krakal. Dulunya tempat itu merupakan hotel atau penginapan orang-orang Tionghoa yang mandi dan berlibur di Pemandian Krakal. Oleh masyarakat setempat, tempat itu disebut Lay (Tan Tio Lay).
Demikianlah, informasi tentang asal mula Pemandian Krakal dan sejarah objek wisata Pemandian Air Panas Krakal yang pernah saya telusuri dari para sesepuh di Krakal. Termasuk informasi dari almarhum embah, cucu. Dan cicit Lurah Karyadrana, serta dari berbagai sumber yang berkembang di Krakal, Kabupaten Kebumen. ** (Ken Abimanyu)

* Ken Abimanyu, lelaki yang suka menyebut dirinya sebagai Inlander Krakal ini lahir di Krakal, Kebumen. Penyuka serta pemerhati sejarah dan budaya ini kini tinggal Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *