Di dalam buku “Terapi Alternatif & Gaya Hidup Sehat” karya S. Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati (Pradipta Publishing, 2005), disebutkan tentang beberapa ragam dan jenis terapi yang menyehatkan dan bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu di antaranya terapi tertawa. Nah, tertawa itu saja bisa menyehatkan, bisa memanjangkan umur. Tertawa itu bisa membuat hati senang. Bisa membuat hati gembira. Intinya melakukan sesuatu yang membuat hati senang dan bahagia itu bisa dijadikan terapi agar hidup tetap bersemangat.
Karenanya, bersibuk-sibuk dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan itu juga merupakan bagian dari terapi agar hidup tetap bersemangat, tetap gembira, tetap bahagia. Dan itu semua bisa memanjangkan usia.
Masih Bersibuk-sibuk
Dalam usia seperti sekarang ini, saya memang masih bersibuk-sibuk diri. Dulu, waktu muda, saya hanya menyibukkan diri sebagai pekerja media atau pekerja pers. Dari posisi paling bawah sampai ke puncak. Dari reporter yang kepanasan dan kehujanan di jalan, kemudian redaktur, dan redaktur pelaksana yang asyik di belakang meja, sampai wakil pemimpin redaksi dan pemimpin redaksi.
Kemudian sudah 17 tahun ini sibuk pula bicara di depan kelas, berbagi pengetahuan, berbincang-bincang dengan mahasiswa. Bertemu dengan mahasiswa, orang-orang muda, itu juga merupakan terapi agar hidup tetap bergairah dan bersemangat. Bicara, bercanda atau tertawa bersama para mahasiswa, itu membuat hati senang, gembira dan bahagia. Dan, buat saya ini terapi yang murah dan sederhana.
Lalu, sejak berusia 60 tahun sampai jelang 70 tahun aktivitas bersibuk-sibuk diri ternyata kian bertambah. Saya terlibat dalam kepengurusan Kelurahan Siaga (KESI) Tegalpanggung, jadi Ketua Komisi Lansia Kelurahan Tegalpanggung, Ketua Komisi Lansia Kecamatan (Kemantren) Danurejan. Dan, kini jadi Penasihat Forum TBM (Taman Baca Masyarakat) Kota Yogyakarta. Eh, ada satu lagi. Saya juga bersibuk-sibuk sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kota Yogyakarta.
Terapi Menyanyi
Kesibukan yang menyenangkan lainnya adalah bergabung dengan sejumlah kelompok atau komunitas penggemar lagu-lagu tembang kenangan. Menyanyi bersama. Gembira bersama.
Kalau tertawa saja bisa dijadikan terapi, apalagi menyanyi. Bernyanyi atau menyanyi itu jelas merupakan aktivitas yang menyenangkan jiwa dan raga. Menyanyi itu menyehatkan hati dan pikiran. menyehatkan jasmani dan rohani. Pendek kata bila hati serta pikiran senang, gembira dan bahagia, hidup benar-benar akan menjadi berarti. Hidup pun terasa begitu indah. Dan, yang pasti itu menyehatkan.
Gara-gara gangguan virus Covid-19, aktivitas bertemu dan bernyanyi bersama komunitas-komunitas tembang kenangan sekarang memang jauh berkurang.
Terapi Menulis
Oh iya, aktivitas lama, aktivitas sejak muda, yakni menulis tetap saya jalani sampai kini. Ya, menulis apa pun. Menulis puisi, cerpen, novel, feature, esai maupun karya-karya penulisan kreatif lainnya.
Menulis memang bisa dijadikan terapi agar hidup tetap bahagia dan sehat. Karena dengan menulis, jaringan-jaringan di otak dan pikiran terus bergerak. Aliran darah pun ikut tergerak lancar, mengikuti irama atau ritme dalam menulis.
Satu hal yang penting, menulis dan juga membaca merupakan terapi untuk memupuk ingatan atau memori di otak tetap terjaga. Untuk memperlambat datangnya kepikunan dan semacamnya.
Kesibukan lainnya bersama teman-teman di Paguyuban Wartawan Sepuh (PWS) Yogyakarta mengelola media daring (media online).
Ada kesibukan lainnya yang berhubungan dengan akhirat (haha, biar dikira agak religius), yakni menjadi Ketua Takmir Musholla “Al-Mukmin” di kampung tempat tinggal saya.
Apa lagi, ya?
Hah, hampir lupa. Saya juga selalu punya kesibukan bermain dan bercanda bersama cucu-cucu. Sungguh, ini kesibukan yang teramat menyenangkan dan membahagiakan.
Senang dan bahagia itu indah, meningkatkan imun, dan menyehatkan. Walau usia tak lagi muda, tapi hidup tak boleh loyo dan harus tetap bersemangat. *** (Sutirman Eka Ardhana)