Rabu , 11 Desember 2024
Warung Sate Kambing Pak Mustofa. (Foto: ratnadewi.me)

Sate Kambing Mustofa Winong Hadirkan Kenikmatan Hakiki

MENCARI tempat makan menikmati seporsi sate kambing nan lezat dengan suasana pedesaan yang masih asri mungkin bukan perkara gampang. Tapi cobalah ke Purworejo, Jawa Tengah. Di daerah ini terdapat satu desa yang sangat terkenal dengan sate kambingnya, Desa Winong namanya. Dari desa ini banyak penjual sate yang tersebar ke seluruh penjuru Purworejo, bahkan sampai Yogyakarta.

Cita rasa dan kelezatan Sate Winong di Desa WinongKecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, lain dari yang lain.  Ada sekitar 10 warung Sate Winong di Desa Winong. Namun ada satu penjual sate paling terkenal dan selalu ramai dikunjungi pembeli, yaitu Sate Kambing Mustofa. Kedai sate kambing Mustofa ini sudah melegenda sejak dahulu, karena memang sudah ada sejak puluhan tahun silam dan menjadi pelopor kedai sate kambing.

Selain namanya yang sudah melegenda, kedai sate Mustofa ini juga terkenal akan cita rasanya yang lezat, beda dengan sate kambing pada umumnya. Dan juga, jika dilihat dari segi arsitekturnya, kedai sate kambing Mustofa ini dibangun dengan bangunan yang masih sederhana dan unik. Bercorak tradisional khas pedesaan, sehingga mempunyai kesan tersendiri bagi pengunjung.

Kedai sate ini bisa dibilang cukup strategis karena lokasinya berada tepat di pinggir jalan raya Desa Winong, sehingga menjadikannya mudah diakses. Selain itu kedai sate ini berdekatan dengan hamparan sawah yang menimbulkan kesan asri khas pedesaan. Memandang hamparan sawah ketika masih menghijau atau ketika padi menguning menjelang panen, sungguh sesuatu yang indah dan menyenangkan.

Arsitektur bangunan kedai sate ini terbilang sederhana, namun juga bisa dibilang unik dan mempunyai nilai seni, karena disediakan gubuk-gubuk yang terbuat dari anyaman bambu.  Gubuk  tersebut  bisa di jadikan pengunjung untuk tempat santai bersama keluarga sembari menyantap, menikmati seporsi sate kambing yang nikmat sembari memandang view hamparan sawah yang membentang.

Rasa Tak Pernah Berubah

Simak juga:  Ladang Dakwah Selama Pandemi Melalui Media Sosial

Soal rasa jangan ditanya lagi. Kelezatan sate kambing ini sudah dikenal dari dulu sampai sekarang.

“Kedai sate ini tetap mempertahankan cita rasa kelezatan dengan menggunakan resep turun temurun dari generasi ke generasi tanpa mengubahnya, semua bumbu diracik dibuat sendiri dan semua bahan yang digunakan adalah bahan bahan pilihan. Diolah dengan sepenuh hati menghasilkan rasa yang nikmat dan otentik,” kata Pak Mustofa selaku pemilik kedai sate ketika ditemui belum lama ini.

Dan juga hal yang membuat berbeda adalah penggunaan kecap asli buatan nenek moyang  berikut tambahan bumbu lainnya. Sate yang berasal dari wilayah Winong di Kecamatan Kemiri itu menjadi salah satu klangenan yang memang sudah demikian terkenal. Karena rasanya yang nikmat dan hanya ada di Purworejo. Tidak heran setiap musim lebaran, warung sate ini selalu dipadati konsumen, dengan omzet ratusan tusuk perhari. Sate terbuat dari daging kambing muda, dengan bumbu kecap khas dan irisan daun jeruk, semakin menggugah selera.

Saat dihidangkan, tampilan Sate Winong berbeda dengan sate kambing lainnya, karena ada tambahan daun jeruk yang diiris tipis-tipis hingga menyerupai helai rumput. Selain itu, ada banyak potongan bawang merah yang diiris dalam potongan besar. Bagi penyuka rasa pedas, pemilik warung biasanya menyediakan semangkuk sambal kecap. Sambal ini berupa kecap yang dicampur dengan potongan cabai dan potongan jeruk nipis.

Begitu disuapkan ke mulut, lidah langsung dapat merasakan cita rasa kecap yang legit, lebih manis dibanding kecap pada umumnya. Berbaur dengan irisan daun jeruk, legitnya kecap pun bertemu dengan rasa sedikit asam jeruk nipis, memberikan sensasi segar yang tak biasa di mulut. Semua warung (sate) di Desa Winong juga menawarkan cita rasa sate yang tidak sama, karena perbedaan racikan bumbu bahan baku kecap yang dipakai. Pedagang di Desa Winong meracik semuanya sendiri, termasuk kecap yang lazimnya bagi pedagang sekarang adalah membelinya dari toko.

Simak juga:  Mau Tongseng Ayam? Ya, ke Cepit, Bantul

Kecap buatan Pak Mustofa, berbahan baku utama gula merah yang diolah dengan jahe, lengkuas,daun serai, bawang merah, dan bawang putih. Pak Mustofa membuat kecap setiap dua hingga tiga hari dan sekali pembuatan nya menghasilkan 10 kilogram kecap. Jika membuat terlalu banyak dan dibiarkan tidak terpakai selama lebih dari tiga hari, kecap tersebut akan berubah cita rasanya.

 

Awalnya Jualan Keliling

Pada awalnya, warung ini dirintis oleh Pak Mustofa pada tahun 1968. Saat itu cara berjualannya masih dengan dipikul keliling kampung, lalu ia membuat warung sederhana. Ketika pelanggan semakin banyak, dibuat warung yang lebih besar. Warung sate yang terletak di Desa Winong, tepatnya di pinggir jalan alternatif  Magelang-Purworejo–Kebumen ini cukup ramai pengunjung. Bukti kemasyuran warung ini terlihat banyaknya pengunjung, bahkan artis dan pejabat juga pernah mencicipi nikmatnya sate legendaris ini.

Warung Sate Kambing Mustofa setiap hari bisa menyembelih 2-3 ekor kambing untuk memenuhi permintaan pelanggan. Tapi kalau hari libur apalagi Lebaran bisa 10 ekor. Warung Sate ini memang selalu terlihat ramai, setiap harinya para pelanggan yang berdatangan tidak hanya didominasi dari dalam daerah saja, melainkan juga dari luar daerah. Hal ini tidak terlepas dari mutu kualitas yang selalu dijaga dari dulu hingga sekarang. *** (Insan Romadona Fitrianto)

 

     * Insan Romadona Fitrianto, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam(KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *