Saat masih bergabung sebagai anak band, saya lebih menyukai lagu atau musik berirama rock dan sejenisnya, seperti The Beatles, The Rolling Stones. Saya juga suka lagyu-lagunya The Rollies. Tapi setelah tak lagi sibuk dengan aktivitas sebagai anak band, dan masuk ke hobi naik gunung, selera musik pun ikut berubah.
Hobi naik gunung membuat saya menyukai dan menggeluti irama musik yang lebih soft, seperti lagu-lagunya Leo Kristi, Iwan Fals, Franky Sahilatua, Bimbo, juga Lobo, dan John Denver. Musik dan lagu-lagu mereka terasa sangat pas dengan gejolak di dada saya yang menapaki aktivitas sebagai pecinta alam.
Menyanyi di Puncak Gunung
Mendaki dan menyanyi, sungguh sesuatu yang mengasyikkan. Oh iya, hampir semua gunung-gunung tinggi di Jawa sudah saya daki. Dan, dalam setiap melakukan aktivitas mendaki gunung, saya tak pernah lupakan kesukaan menyanyi. Saya merasakan, menyanyi di saat-saat pendakian gunung itu banyak manfaatnya.
Ya, menyanyi di suasana seperti itu selain bisa menghibur hati, juga bisa jadi penyemangat untuk terus melangkah. Terus mendaki. Mendaki sampau ke puncak. Apalagi menyanyi sambil menyaksikan keindahan gunung dan panorama alam sekitarnya. Menyaksikan keindahan alam ciptaan Allah SWT. Sungguh, ada keasyikan tersendiri.
Dalam perjalanan pendakian atau ketika sampai di puncak gunung, selalu saya isi dengan mendendangkan lagu-lagunya Iwan Fals, Bimbo, John Denver, Lobo dan lainnya. Terutama lagu-lagu yang berkaitan dengan alam dan keindahannya. Lagu-lagu itu semua sepertinya mampu menciptakan rasa kebersamaan, rasa seperjuangan, sependeritaan dan sepenanggungan, bagi sesama pendaki gunung.
Lagu-lagu Bimbo, Iwan Fals, Franky, Leo Kristi, Lobo dan John Denver itu sering saya bawakan dalam kancah nasional di Gladian [pertemuan] Pecinta Alam dan Pendaki Gunung Indonesia.
Khusus di Gladian tersebut saya pernah menyanyikan lagu dari Iwan Fals, Bangunlah Putra Pertiwi, di hadapan Kang Iwan Abdurrahman, yang dedengkot grup Wanadri Bandung, sekaligus inspirator pecinta alam Indonesia. Kang Iwan Abdurrahman juga pencipta beberapa lagu Bimbo yang saya sukai. Jika menyimak lagi lirik-lirik lagu dari Iwan Fals ini, jadi terbayang lagi masa-masa penuh kesan saat menjadi pendaki gunung dulu.
Bangunlah Putra Pertiwi
Sinar matamu tajam namun ragu
kokoh sayapmu semua tahu
tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan
kuat jarimu kala mencengkeram
Bermacam suku yang berbeda
bersatu dalam cengkerammu
Angin genit mengelus merah putihku
yang berkibar sedikit malu-malu
merah membara tertanam wibawa
putihmu suci penuh kharisma
Pulau-pulau yang berpencar
bersatu dalam kibarmu
Selain lagunya Iwan Fals itu, lagu-lagu seperti Take Me Home, Country Roads dari John Denver, Stoney [Lobo], Rimba Jati [Bimbo], Salam dari Desa [Leo Kristi], Lelaki dan Rembulan [Franky Sahilatua], juga merupakan lagu-lagu yang pasti tidak terlupakan dinyanyikan saat pendakian, maupun acara pertemuan para pecinta alam.
Sekadar untuk mengingatkan masa-masa menyenangkan sebagai pecinta alam dan pendaki itu saya kutipkan sebagian dari lirik lagu Take Me Home, Country Roads itu.
Take Me Home, Country Roads
Almost heaven, West Virginia
Blue Ridge Mountains, Shenandoah River
Life is old there, older than the trees
Younger than the mountains, growin’ like a breeze
Coutry roads, take me home
To the place I belong
West Virginia, mountain mama
Take me home, country roads
All my memories gather ‘round her
Miner’s lady, stranger to blue water
Dark and dusty, painted on the sky
Misty taste of moonshine, teardrop in my eye
Dst………….
Berdoa dan Baca Puisi
Oh iya, selain naik gunung dan menyanyi, saya juga suka pada puisi. Dan dulu semasa remaja atau muda, tahun-tahun 70-an [sekitar 71 ke atas] saya pun punya kebiasaan nongkrong di Malioboro sembari nonton Umbu Landu Paranggi dan anak buahnya membaca puisi atau bicara soal puisi.
Umbu Landu Paranggi itu pengasuh rubrik sastra di Mingguan “Pelopor Yogya”, yang beralamat di Jl Malioboro. Ia mengkoordinir penulis-penulis muda atau anak-anak muda yang menyukai sastra, yang tergabung di dalam Persada Studi Klub.
Karena suka pada puisi, maka selain menyanyi, ketika di puncak gunung saya pun sering diminta untuk membaca puisi. Satu hal lagi, ketika berada di puncak gunung itu saya pun sering diminta untuk memimpin doa. Terasa lengkaplah apa yang saya lakukan ketika sampai di puncak gunung itu, menyanyi, baca puisi dan membaca doa. *** [Heru Purwanto]
*** Heru Purwanto, pensiunan BNI ’46 ini lahir di Yogyakarta pada 19 Desember 1954. Dan bersama keluarga sekarang tinggal di Guyangan, Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY