Rabu , 11 Desember 2024
Saat menyanyi di Sanggar Melody. (Foto: Ist)

Kagum Dara Puspita Sejak Kecil, dan Menyanyi Sampai Tua

MENYANYI memang kesukaan saya sejak kecil. Ya, sejak masih berstatus sebagai murid Sekolah Dasar, saya sudah memiliki hobi menyanyi. Di usia yang masih kanak-kanak itu, saya sudah berusaha untuk hapal dan bisa menyanyikan lagu-lagu apa pun. Tidak hanya lagu-lagu yang memang sesuai untuk usia anak-anak, tapi juga lagu-lagu konsumsi remaja atau dewasa.

Kebetulan saya lahir di Surabaya, kota tempat lahirnya beberapa grup band kenamaan di era 60-an dan 70-an. Masih ingat dengan Dara Puspita, grup band wanita yang sangat populer di blantika musik Tanah Air pada era 60-an dan 70-an? Grup band yang dimotori gitarisnya, Titiek Hamzah, ini lahir di Surabaya pada 1964.

Sebagai seorang perempuan yang berasal dari Surabaya, saya tentu bangga dan mengagumi Dara Puspita. Saya kagum dengan drummernya, Susy Nander. Dulu, di usia-usia beranjak remaja, saya sempat berangan-angan ingin jadi drummer, seperti halnya Susy Nander itu. Hampir semua lagu-lagu Dara Puspita saya sukai, seperti Surabaya, A Go Go, Mari-mari, Tinggalkan Kusendiri, Pantai Pataya, dan banyak lainnya lagi.

Tak hanya Dara Puspita. AKA, grup musik rock yang populer di era 60-an dan 70-an itu juga lahir di Surabaya. Kemudian grup The Gembells yang lagu Balada Kalimas dan Pahlawan yang Dilupakan disukai para remaja dan kaum muda kala itu juga lahir di Surabaya pada 1969. Jangan lupa, grup musik Panbers yang merupakan singkatan dari Panjaitan Bersaudara itu pun terbentuk tahun 1969 di Surabaya.

Dari tulisan-tulisan di media kala itu saya sempat membaca, Benny dan saudara-saudaranya memang sudah bermusik semasa masih tinggal di Palembang. Ketika itu ayahnya bekerja pada salah satu Bank di Palembang. Tapi ayahnya kemudian pindah bekerja di Surabaya. Nah, di kota Surabaya itulah, Panbers resmi mereka lahirkan. Panbers melahirkan banyak lagu-lagu hits di masanya, sebut saja Gereja Tua, Cinta Abadi, Pilu, Terlambat Sudah, Cinta dan Permata, Senja yang Indah, dan lainnya lagi.

 

Ikut Pop Singer

Di usia 14 tahun, tepatnya di tahun 1970 kesukaan atau hobi menyanyi saya terasa peningkatannya. Artinya, saya tidak sekadar hanya suka menyanyi, atau bisa menyanyi di sekolah maupun di rumah saja. Saya mulai punya keinginan untuk menyanyi di depan banyak orang. Ingin menunjukkan ke banyak orang bahwa saya bisa menyanyi. Bisa melagukan lagu-lagu yang ketika itu disukai.

Ketika ada penyelenggaraan pop singer, saya pun tergerak untuk mengikutinya. Orang tua dan keluarga pun memberikan dukungan ketika saya mendaftarkan diri untuk mengikuti pop singer tersebut. Selain berlatih menyanyikan lagu yang dijadikan lagu wajib, saya pun menghapal dan berlatih menyanyikan sejumlah lagu yang sedang populer kala itu, karena akan dipilih sebagai lagu pilihan.

Simak juga:  Dari Menyanyi di Kelas, Sampai Depan Presiden

Akan tetapi, keinginan saya untuk meraih kemenangan dalam lomba pop singer itu belum dikabulkan Allah SWT. Ya, saya belum bisa meraih kemenangan. Belum bisa meraih juara.  Tapi Ayah dan Ibu membesarkan hati saya, untuk tidak putus asa. Saya diminta untuk terus berlatih menyanyi. Untuk terus belajar olah vokal dan cara-cara menyanyi yang baik dan benar. Dan, belajar untuk menghapal lebih banyak lagi lagu-lagu yang baik, lagu-lagu kesukaan publik.

Kegagalan dalam lomba pop singer itu memang sempat membuat saya kecewa. Tapi hanya sebentar. Ya, saya termotivasi oleh ucapan Ibu yang mengatakan siapa pun yang menyukai dunia nyanyi, tak perlu jadi juara, yang penting bisa bernyanyi dengan baik. Demikianlah, meski gagal di lomba pop singer, tapi kesukaan atau hobi menyanyi saya tak pernah surut.

Ya, saya memang gagal dalam meraih predikat juara dalam lomba itu. Tapi, saya merasa tidak gagal dalam mewujudkan keinginan untuk tampil menyanyi di banyak orang, atau di depan publik. Saya sudah membuktikan di depan banyak orang, bahwa saya bisa menyanyi. Bisa menyenandungkan lagu-lagu merdu itu. Bisa menyenandungkannya dengan baik. Buktinya, ketika selesai menyanyikan lagu wajib dan lagu pilihan di lomba pop singer itu, tepuk tangan pengunjung atau penonton terdengar ramai. Tepuk tangan itu telah membahagiakan hati saya. Telah membuat saya merasa diperhatikan. Membuat saya merasa tersanjung.

 

Saniskara dan Melody

Ketika tinggal dan bekerja di Yogyakarta, kesukaan menyanyi saya tak pernah berkurang. Bahkan sampai di usia lanjut atau tua, hobi menyanyi itu terus saya salurkan di berbagai kesempatan. Hobi menyanyi yang terbangun sejak kecil itu terus berkembang. Dan, kesukaan saya pada lagu-lagu Dara Puspita juga tak pernah reda.

Tetapi saya tak ingin hanya berkutat pada lagu-lagu Dara Puspita, atau lagu-lagu grup band asal Surabaya lainnya saja. Saya pun mencoba untuk menyukai lagu-lagu dari penyanyi-penyanyi lainnya yang kala itu sedang populer di Tanah Air. Kebetulan ketika itu di berbagai kota muncul penyanyi-penyanyi pujaan yang digemari para penggemar lagu, khususnya kaum muda.

Ya, di tahun-tahun 60-an dan 70-an itu memang banyak muncul penyanyi-penyanyi yang populer, dan melegenda hingga sekarang. Sebut saja misalnya, Titiek Puspa, Patty Bersaudara, Nien Lesmana, Diah Iskandar, Aida Mustafa, Anna Mantovani, Tuty Subardjo, Ernie Djohan, Titiek Sandhora, Tetty Kadi, dan banya lainnya lagi.

Simak juga:  Sultan Nuku, The Lord of Fortune

Selain lagu-lagu Dara Puspita, saya pun kemudian menyukai lagu-lagu dari Ernie Djohan, Tetty Kadi, Titiek Sandhora, dan lainnya. Dulu, lagu Senja di Batas Kota dan Teluk Bayur dari Ernie Djohan sangat saya sukai. Lagu-lagunya Tetty Kadi juga banyak saya sukai, termasuk yang paling disukai adalah Teringat Selalu.

Dulu, dalam kesempatan menyanyi lagu-lagu dari Ernie Djohan, Tetty Kadi dan Titiek Sandhora pasti selalu jadi pilihan. Bahkan sampai sekarang, dalam berbagai kesempatan menyanyi, baik itu ketika menyanyi di komunitas menyanyi, maupun di tempat-tempat lainnya lagu-lagu kesukaan masa lalu itu masih sering saya nyanyikan.

Keberadaan komunitas menyanyi atau komunitas tembang kenangan, memang sangat membantu saya dalam mengembangkan dan menyalurkan aktivitas hobi menyanyi. Saya sekarang lebih banyak aktif di komunitas menyanyi Saniskara. Tetapi sebelumnya saya sudah sering menyanyi di komunitas Melody atau Sanggar Melody. Selain di Saniskara dan Melody, saya juga ikut di LaNosta dan komunitas P2L3. Bersama komunitas menyanyi, saya juga sempat tampil menyanyi di radio dan lainnya.

Sekarang saya memang banyak menyalurkan hobi menyanyi di komunitas-komunitas menyanyi tersebut. Di Komunitas Melody atau Sanggar Melody yang berlokasi di Nyutran misalnya, dalam setiap minggunya saya bisa dua atau kali datang. Terutama di masa-masa sebelum pandemi Covid-19 datang. Akan tetapi setelah masa pandemi Covid-19, saya lebih banyak di rumah. Namun, walau di rumah saja, saya tetap berusaha bernyanyi. Walau hanya untuk didengar sendiri, maupun di dengar suami.

Ya, saya merasakan banyak sekali manfaat yang didapatkan dari hobi menyanyi maupun ikut bergabung di dalam komunitas-komunitas menyanyi. Manfaat dari hobi menyanyi, seperti yang banyak dikemukakan para ahli di antaranya bisa menghadang datangnya gejala pikun di usia lanjut. Menyanyi membuat saraf-saraf  di otak terus bergerak dan bekerja. Otak terus mengasah kemampuannya menghapal dan mengingat sesuatu. Memori di otak terus bergerak menjaga apa pun yang tersimpan dan terekam di dalamnya.

Sedang manfaat dari bergabung di komunitas-komunitas menyanyi, di antaranya menambah banyak sahabat dan saudara. Sesama teman di komunitas bisa bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Dan, yang pasti semuanya membangkitkan rasa senang, gembira dan bahagia. Saya berharap bisa terus menyanyi selama hidup. *** [Harwiwi Yuniastuti]

 

*** Harwiwi Yuniastuti, lahir di Surabaya, 7 Juni 1956. Pensiunan PNS yang sarjana muda ini merupakan ibu dari tiga orang anak, dan nenek tiga orang cucu. Bersama suaminya, Risnarto, kini ia tinggal di Imogiri RT 04 Dusun IV, Imogiri, Bantul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *