Sejarah kyai Tambal sang penghulu Kraton Plered
Alkisah pada masa pemerintahan kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati yang keratonnya di Kotagede, memiliki putrra RM Jolang, yang ketika menggantikan sebagai raja, bergelar Sultan Hanyokrowati. Suttan Hanyokrowati wafat ketika sedang berburu di Hutan Krapyak, digantikan putranya Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Pada penerintahan beliau, kraton mataram dipindahkan ke Plered. Sultan Agung digantikan putranya yang bergelar Sri Sunan Amangkurat Agung. Sunan Amangkurat Agung menpunyai 2 permaisuri. Permaisuri Kulon yang berputera Raden Mas Rachmad dan Permaisuri Kulon yang berputera Raden Mas Darajat. Permaisuri wetan berasal dari Kajoran, yang konon merupakan keturunan Ki Ageng Giring.
Diantara dua putranya itu, Raden Rachmad yang ditunjuk sebagai Putera Mahkota, dengan gelar Adipati Anom. Namun, ketika salah satu selir Sri Sunan Roro Hoyi diganggu oleh Raden Rachmad, gelar putera mahkota dicabut dan diserahkan kepada Raden Mas Darajat, yang bergelar Pangeran Puger.
Pada tahun 1677, Kerajaan Mataram Plered diserang Trunajaya dari Madura yang didukung oleh Panembahan Romo dari Kajoran. Karena serangan itu, Sunan Amangkurat Agung terpaksa menyingkir kebarat, hingga akhirnya mesanggrah di Tegal Arum, Kabupaten Tegal.
Karena Trunajaya dibantu keluarga Kajoran, Sunan merasa kecewa dan mencopot kedudukan putra mahkota, dan mengembalikan kepada Adipati Anom yang menyertaimya ke Tegal. Sunan Amangkurat Agung akhirnya mawat dan dimakamkan di Tegal Arum.
Pangeran Puger tetap berada di Plered dan melakukan perlawanan terhadap Trunajaya. Namun karena kekuatan yang tidak berimbang, Pangeran Puger kalah dan menyingkir ke desa Kertowulan. Disitu Pangeran Puger mengangkat diri sebagai raja, bergelar Sultan Ing Alaga. Setelah menguasai Plered dan merampas kekayaannya, Trunajaya kembali ke markasnya di Madiun dan hanya meninggalkan pasukan kecil penjaga kraton. Kesempatan itu digunakan oleh Pangeran Puger yang kemudian berhasil merebut Kraton Plered. Salah satu abdi kesayangan yang membantu perjuangan Pangeran Puger adalah Kyai Tambal yang kemudian diangkat sebagai Penghulu Istana.
Ketika wafat, kyai tambal dimakamkan disebuah bukit di desa, yang kemudian oleh masyarakat setempat disebut Gunung Tambalan, Pangeran Puger sendiri kelak berhasil menjadi raja Kartasura, bergelar Sunan Paku Buwono dan merupakan Sunan Pakubuwono I.
Yk. Akhir April 2020
Iman Santosa Kudasedarmo.