Senin , 9 Desember 2024
Ilustrasi. (ft. net)

Lawan Hoax dengan Jurnalistik Dakwah

BERMULA dari obrolan di warung angkringan. Di warung angkringan yang biasa saya datangi, saya duduk berdampingan dengan seorang lelaki berusia sekitar 50 tahunan. Kami sama-sama sedang menikmati segelas teh manis bergula batu.

Di warung angkringan biasanya keakraban di antara sesama penggemar angkringan itu mudah terbangun. Demikianlah saya dengan lelaki itu. Kami terlibat perbincangan menarik tentang media. Tentu saja saya suka dengan perbincangan itu, karena saya sempat bertahun-tahun menggeluti dunia media massa.

“Sekarang saya harus berhati-hati bila membaca berita atau informasi di media. Karena seringkali saya temui ada berita yang bernada memprovokasi, mempengaruhi, dan menghasut. Memprovokasi atau mempengaruhi untuk sesuatu yang tidak positif. Apalagi sekarang banyak bermunculan di dunia maya atau media sosial, dunia online, media yang abal-abal, tidak berkualitas. Di dunia maya itu, lumayan banyak yang suka menyampaikan informasi atau berita hoax, berita palsu dan menyesatkan. Nah, kondisi seperti itu harus dilawan. Media berkualitas perlu membangun kerja jurnalistik atau gaya jurnalisme yang bisa melawan dan membasmi hoax tersebut,” kata lelaki itu panjang lebar.

Simak juga:  Tragedi Udin & Khashoggi, Kelakuan Pecundang Selalu Terulang

Singkat kata, sepulang dari angkringan, apa yang dikemukakan lelaki itu dalam obrolan di angkringan membekas di pikiran saya. Setiba di rumah, saya pun mendadak ingat dengan buku berjudul Jurnalistik Dakwah. Sekadar informasi, buku Jurnalistik Dakwah itu adalah karya saya sendiri, yang diterbitkan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, tahun 1995.

Meski sudah lama, tapi menurut saya, apa yang ada di buku itu, bisa dijadikan salah satu dari sekian cara untuk melawan berita-berita hoax tersebut.

 

Pesan Dakwah

Apa yang dimaksud dengan Jurnalistik Dakwah? Bila jurnalistik memiliki arti sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak ramai melalui saluran media, maka Jurnalistik Dakwah dapatlah diartikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan berupa dakwah kepada khalayak ramai melalui saluran media. Tekanannya tentu pada media pers, baik surat kabar, majalah, tabloid, maupun media online. Atau media mainstream maupun media daring. Karena melalui media pers, pesan dakwahitu tentu saja disampaikan melalui karya tulisan.

Jurnalistik Dakwah bisa juga diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas berdakwah melalui karya tulisan di media pers. Karya tulisan di media pers itu bisa berbentuk berita, feature, laporan, tajuk rencana, artikel, esai, dan karya jurnalistik lainnya.

Simak juga:  SERI PANCASILA (4): Simpan Dulu Sila Pertama

Sesuai dengan namanya sebagai Jurnalistik Dakwah, maka karya-karya jurnalistik tersebut haruslah berisi ajakan atau seruan mengenai pentingnya meraih keberhasilan, mencapai kemajuan, mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kenistaan, sampai berisi ajakan untuk menghormati keberagaman serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dan yang terpenting, ajakan serta seruan itu semuanya haruslah bersumber atau berpedoman dari akidah Islam, tauhid dan keimanan.

Ini saja dulu. Besok kita sambung lagi perbincangan tentang Jurnalistik Dakwah ini. ***

Sutirman Eka Ardhana

Tulisan ini telah dimuat di elang2016.wordpress.com (12/10/2019)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *