Demikian diungkap oleh Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ketika membuka Jogja International Keris Heritage Festival di Jogja Gallery belum lama ini. Jogja International Keris Heritage Festival yang dibuka 30 September dan berlangsung hingga 3 Oktober 2019 menampilkan berbagai acara, antara lain pameran pusaka dari seluruh daerah yang mempunyai kebudayaan keris dari Sumatra Utara hingga Sumbawa. Juga digelar konsultasi, seminar, cara perawatan keris yang baik, dan juga bursa. Selain di Jogja Gallery yang berada di utara Alun Alun Utara juga digelar seminar dan sarasehan mengenai pelestarian, memahami Keris dalam seni metalurgi dan sarasehan Menggagas Keris Tangguh Hamengku Buwono X di Museum Sonobudaya Yogyakarta dengan pembicara baik dari Solo, Dr Basuki Teguh Yuwono MSn sekjen Sekretariat Keris Nasional, dari Surabaya MM Hidayat dan dari Malaysia Dato Musa seorang pakar Metalurgi. Pameran keris diikuti oleh Paguyuban Keris Pametri Wiji, Merti Karta, Elar Gangsir, Lingkar Kajian Keris dan beberapa pemerhati keris.
Selanjutnya Kepala Dinas Kebudayaan DIY menegaskan Disbud bersama masyarakat perkerisan mengemban tugas untuk menjadikan keris sebagai sumber nilaio dn pembentukan karaketer masyarakat Yogyakarta yang mempunyai sifat toleran, menekankan aspek kerukunan, saling menghomratik, keselarasan sosial, dijiwai dengan idealism yang kuat, momitmen yang tinggi, integritas moral serta nuarani yang bersih.
Pameran Keris yang terkait dengan Jogja International Keris Heritage Festival bertujuan untuk mengedukasi dan menambah khasanah serta memberikan hiburan bagi masyarakat . Oleh karena itulah materi yang ditampilkan ditujukan membangkitkan ingatan, menumbukhan kreativitas sekaligus menggali inspirasi dalam rangka pelestarian nilai nilai budaya perkerisan. Pamerannya sendiri terkait dengan nilai nilai simbolik yang terkait dengan berbagai hal dalam dunia perkerisan. Nilai nilai yang terkandung bisa berupa kisah sejarah, ilmu pengetahuan , hingga mitos mitos yang beredar di seputar dunia keris. Secara khusus pameran keris ini diharapkan untuk membangkitkan kecintaan kepada ya Nusantara.
Dalam paparannya Sekjen SNKI menjelaskan bahwa dalam perkembangannya keris meninggalkan fungsi dasarnya sebagai senjata tusuk kemudian bertransformasi dengan lebih mengedepankan pada makna dan nilai yang dikemas secara simbolis atas falsafah dan filsafat masyarakat Nusantara. Keris menjadi sebuah karya yang sarat makna nilai simbolis yang dikemas secara indah, namun mudah dipahami untuk diimplementasikan dalam sendi kehidupan sehari-hari. Demikian digarisbawahi oleh Paniradya Pati Keistimewaan Bpk Benni Suharsono dalammembuka JIKHF yang mewakili Gubernur DIY. .Diharapakan keris menjadi jatidiri warga Yogyakarta khususnya. Karena keris hadir sebagai bahasa tanda atas keselarasan kehidupan spiritual dan identitas personal. Keris senantiasa dihadirkan dalam setiap daur hidup adat budaya masyarakat Nusantara, semenjak dari kandungan, kelahiran, khitanan pernikahan, hingga kematian senantiasa bersinggungan dengan keris.
Kehadiran keris yang demikian dianggap penting seringkali dimuliakan. Keris menjadi salahsatu karya budaya atas kristalitasi nilai-nilai dan tuntunan hidup mulia yang tercermin dari ungkapan curiga manjing warangka, warangka manjing curiga, jumbuhing kawula lan gusti , yang artinya bahwa bilah keris yang menyatu dengan warangkanya dan warangka yang menyatu dengan bilahnya merupakan symbol menyatunya hamba dengan Tuhannya.
Keris sebagai sarana untuk membangun kesadaran manusia agar senantiasa ingat dengan Penciptanya Tuhan Yang Maha Esa .Keris kemudian sertingkali dihadirkan sebagai kelengkapan upacara-upacara keagamaan sebagais imbol kesadaran untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan selaras dengan agama dan kepercayannya masingmasing. Masyarakat Nusantara mendudukkan keris sebagai sipat kandel sebuah pemahaman untuk mempertebal keyakinan dan kepercayaan diri dan sekaligus menjadi penolak bala. Keris diyakini memiliki kekuatan atas daya daya ilahi yang dapat menghantarkan kepada keselamatan.
Di dalam ungkapan Jawa sering terdengar”Wong Jawa iku aja kok godha bojone, aja kok ladaki anake lan aja kok cacat kerise. Artinya orang Jawa itu jangan diganggu isterinya, anaknya jangan kau sakiti apalagi kerisnya jangan sampai kau kritik. Kalau pantangan ini dilanggar maka akan merasa tersinggung harga dirinya. Selain isteri dan anak keris mewakili symbol pribadi pemiliknya atau sebnagai tanda kehormatan yang mewakili pribadi pemiliknya.
Menurut Dr Basuki Teguh Yuwono, secara visual keris terdiri dari bilah dan ganja yang merupakan dasar dari agama Hindu yakni Lingga dan Yoni yang mengandung pemahaman akan harapan kesuburan, keabadian, kekuatan. Keris dibuat dengan paling tidak dari tiga bahan utama, besi pamor dan baja ini juga merupakan sebuah symbol perkawinan kosmis, Bapa Angkasa Ibu Pertiwi. Dan munculnya pamor adalah hasil laku tempa dari sang empu setelah melalui berbagai upaya Sang Empu dalam bermati raga dalam permohonannya kepada Sang Maha Kuasa. Senebtara dalam kehidupan manusia pamor merupakan sebuah hasil dari upaya laku seseorang manusia yang mencoba mendekati Tuhannya dengan doa dan laku tapa serta menjalankan segala perintah dan larangannya sehingga menumbuhkan anugerah yang kadangkala menjadikan seseroang menjadi mengagumkan. Oleh karena itulah orang sering mengatakan pamornya sedang naik. Lantaran doa, harapan dan karyanya tune in selaras dengan apa yang diharapkan dan dilakoninya..
Keris senantiasa dikemas dalam estetika luas dan estetika dalam keserasian yang luar biasa.Secara estetika luar atu tangible, keris memberikan keindahan visual yang secara matang melalui pola garap, dhapur, pamor, ricikan, dan sandangan yang selaras. Secara estetika dalam (Intangible) adanya kedalaman atas kepercayaan nilai nilai dan makna yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari. Estetika dalam pada keris erring kali dipahami secara lebih mendalam pada kepercayaan kekuatan magi. Keris diyakini dapat memiliki kekuatan magi protektif-perlindungan, deduktif, produktif kesuburan, prophetic-ramalan. Karena mempunyai nilai yang mendalam, oleh karenanya keris didudukkan sebagai benda yang sangat penting bagi masyarakat Nusantara. (Ki Juru Bangunjiwa)