Rabu , 11 Desember 2024
Yudhistira ANM Massardi (ft. Ist)

Yudhistira Merayakan Hari Puisi 2017 di Sastra Bulan Purnama

Sastra Bulan Purnama edisi 72, atau 6 tahun Sastra Bulan Purnama menghadirkan Yudhistira ANM Nugroho, penyair yang dulu pernah tinggal di Yogya, dan berproses melalui Persada Studi Klub asuhan Umbu Landi Paranggi. Pada usia 63 tahun, Yudhis masih terus menulis puisi dan dua bukunya diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia. Dua buku itu dibacakan Yudhis bersama denngan para pembaca lainnya di Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya.

Kehadiran Yudhistira ANM Massardi ke Yogyakarta setelah 50 tahu dia tinggalkan kota ini, selain untuk ikut memeriahkan 6 tahun Sastra Bulan Purnama, sekaligus merayakan Hari Puisi Indonesia 2017, yang diselenggarakan Rabu, 6 September 2017 di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, jl. Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Jadi, Sastra Bulan Purnama edisi 72 ini sekaligus untuk merayakan Hari Puisi Indonesia.

Yudhis, yang memiliki 3 orang anak dan2 cucu, dan sekarang berusia 63 tahun, sudah menjadi simbah. Sebagai simbah, kata Yudhis mengawali, saya boleh bercerita sedikit mengenai kenangan saya di Yogya. Ketika saya sekolah di Yogya, tahun 1967, saya masih mengenakan celana pendek, demikian Yudhis mengawali kisahnya, Saya berjalan di Maliboro, dan di dekat kantor surat kabar Pelopor bertemu Umbu Landu Paranggi, dan diajaklah saya ikut Persada Studi Klubu asuhan Umbu Landu Paranggi.

Dalam pertemuan-pertemuan di Persada itu, saya bertemu banyak orang yang sekarang menjadi tokoh nasional, seperti Todung Mulya Lubis, Dhaniel Dhakidae, Ashadi Siregar dan nama-nama lain.

Simak juga:  Puisi Ragil Suwarna Pragolapati

“Di Persada Studi Klub saya juga bertemu Emha, Linus Eka Ardhana, Korie dan yang lebih senior dari saya seperti mas Teguh Ranusastro Asmara, Iman Budhi Santosa” ujar Yudhis.

Malam ini, demikian Yudhis berkisah, di Tembi saya betul-betul kembali di kampung sastra, setelah 50 tahu lalu saya tinggalkan. Yudhis merasa senang bisa bertemu dengan teman-teman lamanya seperti Bambang Darto, Untung Basuki, Sutirman Eka Ardhana dan teman-teman yang baru dia kenal pada malam Sastra Bulan Purnama.

Yudhistira membaca puisi karyanya dalam buku yang berjudul 99 Sajak dam 63 Cinta, serta beberapa sajak baru mengenai Jakarta, yang akan diterbitkan bulan Oktober 2017. Sekitar 9 puisi pada sesi pertama ia membacakan karyanya, khusunya pada buku ’99 Sajak’.

“Saya senang puisi saya dibacakan oleh teman-teman lain, dan diinterpretasikan secara berbeda. Puisi memang terbuka untuk diinterpretasukan” ujar Yudhis mengawali sebelum membacakan puisinya.

Yudhis memang mengenali karakter puisi karyanya, sehingga dalam membaca puisi dia menampilkan karakter puisi itu. Setiap kali dia selesai membacakan satu puisi, selalu ada tepuk tangan dari hadirin, dan di antara kalimat dalam puisi, seringkali menghadirkan senyum dan tawa, karena ada suasana jenaka di sana, dan dalam membaca Yudhis juga menampilkan kejenakaan itu.

Simak juga:  9 Tahun Sastra Bulan Purnama di Tengah Pendemi Covid 19

“Saya masih boleh terus baca ya,  mudah-mudahan teman-teman tidak jenuh mendengar suara saya,” kata Yudhis seteah membaca lebih dari 4 puisi karyanya.

“Terus, mbah, saya masih senang mendengarkan,” suara seorang penonton menggoda, dan gelak tawa dari penonton tak bisa dihalangi.

Pada sesi closing, setelah para pembaca sesi ketiga tampil, serta dua lagu puisi Yudhis dialunkan oleh Rimawan Ardono. Yudhis kembali membaca puisi yang terkumpul dalam buku ’63 Cinta’ dan beberapa puisi baru yang akan segera terbit.

“Puisi 63 Cinta ini merupakan kisah perjalanan saya, yang sekarang berumur 63 tahun. Setiap kali ulang tahun saya menulis puisi, dan buku ini untuk menandai usia saya yang sudah lebih dari 60 tahun,” kata Yudhistira.

Beberapa puisi dalam buku ’63 Cinta’ dia bacakan, seolah dia sedang bercerita mengenai perjalanan hidupnya. Nuansa jenaka dalam puisi begitu terasa, sehingga setiap kali selesai membaca puisi, hadirin, bahkan ditengah puisi sedang dibaca, selalu ada tawa mendengar kalimat puisi yang dibacakan.

“Untuk mengakhiri Sastra Bulan Purnama malam ini, tentu saya mengucapkan terimaksih pada Tembi Rumah Budaya dan mas Ons Untoro yang telah mengundang saya, dan tidak lupa kepada semua teman yang telah membacakan puisi saya, saya sampaikan banyak terimakasih” kata Yudhis mengakhiri. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *