Rabu , 11 Desember 2024
Sebagian dari anggota Sanggar Melody berfoto bersama di depan sanggar. (Ft: Ist)

Melody, Jalin Persaudaraan Lewat Lagu

Siang itu ada alunan musik yang mengalun lembut dari sebuah rumah di bilangan kampung Nyutran, Yogyakarta. Alunan musik dari organ itu sedang mengiringi suara merdu dari seorang lelaki 60-an tahun. Suaranya merdu. Sepintas seperti Sam Saimun, penyanyi yang populer di tahun 50-an dan 60-an itu. Kebetulan lagu yang dinyanyikannya juga dulu dipopulerkan pertama kali oleh Sam Saimun, Juwita Malam.

Setelah sang penyanyi selesai bernyanyi, tepuk tangan pun menggemuruh dari sekitar duapuluh orang lebih yang ada di ruang depan rumah itu, yang memang secara khusus digunakan untuk  bermusik dan bernyanyi. Siang itu sebagian besar yang datang perempuan, 14 orang, sisanya lelaki. Sebagian besar adalah perempuan dan lelaki setengah baya ke atas.

“Baik, setelah Pak Heru yang menyanyi, sekarang giliran siapa? Apa Pak Bachtiar, atau Bu Nana, Bu Dina atau Bu Rudy?” kata sang player atau pemain organ.

Ya, sang penyanyi tadi yang suaranya mirip Sam Saimun itu selalu dipanggil dengan panggilan Pak Heru. Lengkapnya Heru Kartono. Asal tahu saja, Pak Heru adalah purnawirawan TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Kolonel. Sedang sang player, yang juga pemilik rumah di Nyutran itu, Iman Santosa, pensiunan kemerawan dan penyiar TVRI Yogyakarta.

Ternyata yang maju ke depan untuk menyanyi, seorang lelaki ganteng, berusia sekitar 50-an tahun lebih, tetapi tampil trendy bak anak muda.

“Monggo Pak Bachtiar mau nyanyi apa?” tanya sang player.

“Saya mau nyanyi lagunya Rollies, Salam Terakhir. Saya sudah berhari-hari belajar menyanyikan lagu ini, dan sekarang ingin saya nyanyikan di sini,” kata lelaki yang dipanggil Pak Bachtiar itu.

Simak juga:  Bung Hatta Ungkapkan Sekitar Proklamasi (1): Ada Dongeng dan Legenda Menjelang Proklamasi

“Wouw, baru saja pensiun semingguan koq sudah menyanyi Salam Terakhir,” tiba-tiba ada suara perempuan yang ngomong begini disertai tawa. Entah suara siapa. Tawa pun berderai di ruang itu.

Ternyata, Pak Bachtiar memang baru saja purna alias pensiun dari dinasnya di TNI Angkatan Udara.

Beberapa detik kemudian, lagu ciptaan Iwan Krisnawan (alm) yang vokalis dan dramer Rollies itu pun mengalun dinyanyikan Pak Bachtiar. Lagu itu dinyanyikannya dengan penuh penghayatan. Dan, semua seperti terbawa oleh kesenduan lagu tersebut, di samping terpesona dengan gaya sang penyanyinya.

Setelah lagu “Salam Terakhir” berakhir, disusul lagu berikutnya. Satu lagu yang dipopulerkan pada tahun 1971 oleh penyanyi asal Yogya, Tanty Yosepha,  yakni “Sampai Menutup Mata”. Penyanyinya seorang perempuan. Suaranya mengalun merdu, dan mengusik kenangan bagi mereka yang punya kenangan dengan lagu itu.

Tepuk tangan pun ramai, ketika lagu itu selesai dinyanyikan.

“Wah, mantap Bu Nana, suaranya benar-benar mirip Tanty Yosepha,” ada suara lelaki yang berkata begini sambil bertepuk tangan.

Perempuan yang menyanyikan lagu Tanty Yosepha itu, populer dengan panggilan Bu Nana atau Bu Nana Zulfan.

Itulah gambaran suasana yang ada siang itu di rumah yang sejak beberapa bulan terakhir ini telah dijadikan markas Komunitas atau Sanggar Melody (Hobi Menyanyikan Lagu Oldy). Komunitas atau sanggar ini didirikan pada Oktober 2016 lalu. Pendirinya adalah sang player di komunitas itu sendiri, Iman Santosa.

Sebagian dari anggota Sanggar Melody berfoto bersama di depan sanggar. (ft: Ist)

 

Jalin Persaudaraan

Untuk apa Komunitas atau Sanggar Melody ini didirikan? Jawabannya ternyata sederhana saja.

“Tujuannya sederhana saja. Sanggar Melody ini didirikan hanya untuk menjalin persaudaraan melalui lagu. Ya, para anggota Melody, memiliki kegemaran atau kesukaan yang sama, yakni menyanyi lagu-lagu lama atau lagu-lagu oldy. Maklum sebagian besar anggota Melody tak lagi berusia muda, sehingga jenis musik atau lagu yang disukai adalah lagu-lagu era 60-an, 70-an, 80-an atau 90-an. Bahkan juga era jauh sebelumnya, era 50-an. Dan, mereka yang bergabung di Melody berasal dari beragam status sosial, agama dan asal daerah. Nah, dengan keberagaman itu, dijalin persaudaraan melalui lagu,” jelas Iman Santosa.

Simak juga:  Malioboro, Jalan yang Melegenda (2): Pasar Besar dan “Titik Api” Yogyakarta

Menurut Iman Santosa, dalam seminggunya Sanggar Melody nyaris tak pernah sepi dari kegiatan menyanyi anggota-anggotanya. Dalam seminggu hanya libur di hari Jumat dan Minggu. Setiap hari acara dimulai dari pukul 10.00 pagi sampai 14.00. Tak  jarang sore hari ada juga yang minta menyanyi.

Apa yang dilakukan dan diinginkan oleh pendiri Sanggar Melody ini bukanlah sesuatu yang berlebihan, melainkan merupakan langkah mulia yang layak diapresiasi. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam upaya mempererat persahabatan atau persaudaraan antar sesama. Di antaranya melalui cara mempertemukan atau mempersatukan orang-orang yang memiliki kesukaan sama, menyanyi. Ya, menjalin dan mempererat rasa persaudaraan melalui lagu.

“Tujuan utamanya menjalin persaudaraan lewat lagu. Tapi tujuan lainnya juga ada, di antaranya menjadikan Melody sebagai ajang berkreasi dalam olah suara, ajang terapi agar hidup tetap gembira, sehat dan bahagia. Ajang terapi merawat usia. Ajang terapi agar tidak cepat pikun. Dan, seperti kata banyak orang, ya bisa dijadikan ajang untuk ngrabuk nyowo,” ujar Iman Santosa. *** (Sutirman Eka Ardhana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *