Hari berganti pagi, Dhritarashtra dengan emosi mau pergi dengan keretanya. Namun ia dihadang oleh Bhisma dan Widura. Karena Dhritarashtra tetap kukuh maka Bhisma meminta kusir kuda Dhritarashtra turun. Kusir kuda itu pun menuruti kata Bhisma. Satyawati kemudian datang ia mengatakan ada kesempatan agar anak-anak Gandari bisa hidup. Ia akan meminta bantuan resi Wiyasa.
Maka kemudian gumpalan daging dari rahim Gandari dibawa ke gua resi Wiyasa. Resi Wiyasa pun membaginya menjadi 100. Ia kemudian memasukkan dalam sebuah guci dan kemudian dibalut.
Bhisma, Setyawati, Amba, Ambalika, Gandari, Sengkuni, dan Dhritarashtra menunggu di luar dengan cemas. Setelah itu mereka diijinkan masuk dan muncullah resi Wiyasa. Sang resi mengatakan bahwa kita menunggu sebentar lagi maka anak-anak Gandari akan lahir. Dhritarashtra sangat senang mendengarnya. Lalu mereka pun pulang ke istana dan hanya Gandari yang tinggal.
Sisi lain Pandu dan Kunti berbincang mengenai anak. Mereka ingin mendapat anak lagi untuk menemani Yudhistira. Maka mereka sepakat memanggil dewa Bayu yang merupakan Dewa Angin.
Setelah membaca mantra maka datanglah Dewa Bayu. Kemudian dewa Bayu memberikan berkat kepada Kunti sehingga lahirlah seorang bayi laki-laki yang gemuk dan kuat. Bayi itu dinamai Bhima.
Pandu kemudian pergi dahulu tempat singgahnya untuk memberi tahu Madri. Kunti dan Bhima tetap tinggal di tebing. Namun saat Pandu sudah pergi, Kunti kaget karena ada suara keras dari belakang, sehingga Bhima terlepas dari gendongan Kunti. Bhima jatuh ke tebing.
Kunti berteriak dan langsung berlari ke bawah tebing melihat keadaan Bhima. Namun betapa kagetnya dia karena sesampai dibawah Bhima tidak terluka sedikitpun, malah batu yang ditimpa Bhima yang pecah. Bhima ini kelak menjadi seorang yang kuat bagaikan hulk. (Eno Suhardi/Bambang Udoyono)