Karena Universitas Gajah Mada (UGM) dikenal sebagai kampus biru, tajuk dari acara ini ‘Kampus Biru Di Pulan Purnama’. Sebutan Kampus biru ini setidaknya dikenal melalui novel karya Ashadi Siregar ‘Cintaku Di Kampus Biru’.
Rudi Yesus, alumni jurusan Sastra Jawa Fakultan Ilmu Budaya UGM yang mengkoordinir dan memberikan nama Forum Penyair Bulaksumur. Nama-nama yang disampaikan Rudi Yesus hanya sebagian kecil dari sejumlah penyair yang ada di bulaksumur. Novi Indrastuti, yang sekarang menjadi pengajar di juruan Sastra Indonesia FIB UGM dan ikut tampil dalam pertunjukan ini menyebutkan bahwa masih banyak yang belum mendengar publiaksi ini.
“Publikasinya belum meluas di bulaksumur masih banyak teman yang belum mendengar informasi ini,” ujar Novi Indrastuti.
Selain akan nmembacakan puisi karya sendiri, mereka juga akan membacakan puisi karya penyair dari bulaksumur. Maka, ditampilkan juga pembaca puisi dari kalangan bulaksumur seperti Yayak Satriya, Patah Anshori dan Marwan Plengeh. 5 orang yang sudah mengirim puisi untuk dibukukan Afnan Malay, Heru Marwata, Krisbudiman, Novi Indrastuti dan Tulus Wijanarko.
“Saya nanti akan membacakan puisi karya pak Djoko Pradopo kata Ikun SK ketika diingatkan untuk mengirim puisi.
Selain pembacaan puisi, Ana Ratri dan Yoyok akan tampil dengan lagu puisi. Dua puisi karya di antara 5 penyair yang mengirim puisi dari Forum Penyair Bulaksumur akan coba diolah menjadi lagu puisi. Keduanya, Ana dan Yoyok sudah sering tampil mengalunkan lagu puisi di Sastra Bulan Purnama dan di tempat-tempat lain.
Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama mengatakan, para penyair dari Forum Bulaksumur ini berasal dari beberapa fakultas yang berbeda, misalnya Novi, Kris Budiman, Heru Marwata, Landung Simatupang dari jurusan Sastra Inggris Fakultan Ilmu Budaya UGM, Afnan Malay dari Fakultas Hukum UGM, Yayan Sopyan dari Fakultas Filsafat UGM.
“Dari fakultas yang berbeda, sejak masih mahasiswa mereka mencintai sastra dan berkarya dan sekaligus aktif dalam kegiatan mahasiswa, sebagai aktifis mahasiswa dan ikut demonstrasi seperti Afnan misalnya, ada yang aktif di Teater Gajah Mada dan kegiataan kemahasiswaan lainnya,” ujar Ons Untoro.
Mereka sekarang tinggal di tempat berbeda. Ada yang masih tinggal di Yogya, ada juga yang tinggal di kota-kota lain seperti Jakarta misalnya, atau pulang kampung seperti Rudi Yesus yang tinggal di Klaten, kampung kelahirannya. Ada yang menjadi wartawan seperti Tulus Wijarnko, menjadi Advokat seperti Afnan Malay dan ada yang menjadi dosen seperti Novi Indrastuti, Heru Marwata, Kris Budiman.
“Saya nanti membacakan puisi karya penyair dari bulaksumur dan tidak perlu ikut mengirimkan puisi,” kata Rudi Yesus. (*)