Sastra Bulan Purnama edisi 69, yang diselenggarakan Jumat, 9 Juni 2017 di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, agak sedikit berbeda. Karena di awal acara, untuk edisi ini diawali dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Satu lagu yang dulu diajarkan disekolah-sekolah sejak TK sampai sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, namun dalam waktu yang agak lama, seperti dilupakan.
Seorang pengunjung perempuan, mengusulkan supaya diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Tentu, usul ini mengejutkan sekaligus mengingatkan bahwa selama ini, setiap acara digelar tidak diawali dengan lagu keangsaan tersebut, dan menariknya, seorang perempuan yang memberi usul, berinisiatif bertindak sebagai dirigen.
Hadirin yang memenuhi tempat duduk Amphytheater Tembi Rumah Budaya diminta untuk berdiri, dan semuanya, tak satupun ada yang duduk, termasuk hadirin yang menggunakan tongkat untuk menyangga kaki, ikut berdiri.
Lagu Indonesia Raya bergema dinyanyikan puluhan orang, sekitar seratus orang, laki-perempuan, tua dan muda, serentak menyanyikan lagu kebangsaan itu, terdengar syair lagu tersebut, penuh hikmat karena tak terdengar suara tertawa selama menyanyi, dan semuanya seperti masih hafal lagu Indonesia Raya.
Lagu itu mengingatkan kita, bahwa di negeri kita memiliki lagu kebangsaan, yang syairnya optimistis dan memberikan semangat bagi bangsa. Dengan menyanyikan, dan baru pertama kali setelah 6 tahun Sastra Bulan Purnama digelar, kita seperti dibangkitkan semangat kebangsana yang kita miliki.
Anggap saja, lagu Indosia Raya adalah puisi, yang dinyanyikan di Sastra Bulan Purnama, yang mana peristiwa sastra ini selalu memanggungkan puisi, baik dalam bentuk dibacakan maupun dilagukan. Indonesia Raya adalah puisi untuk membangun semangat bangsa yang diekspresikan dalam bentuk nyanyian.
Puisi-puisi yang selama ini ditampilkan di Sastra Bulan Purnama, meskipun ada jenis puisi yang melakukan kritik sosial, tetapi bukan berarti memusuhi negara. Sebagai ruang sosial Sastra Bulan Purnama adalah cara lain dari membangun kebangsaan bagi banyak orang yang mencintai sastra dan kemanusiaan, meskipun ada orang sering salah mengerti terhadap Sastra Bulan Purnama.
Dan ketika lagu Indonesia Raya dinyanyikan, di bawah sinar bulan purnama, untuk mengawali acara Sastra Bulan Purnama, kiranya semakin meneguhkan bahwa Sastra Bulan Purnama sangat peduli pada persoalan kebangsaan. Kita sertakan syair lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman tersebut sekaligus memberikan imajinasi sebagai bentuk puisi.
Indonesia Raya
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya (*)